Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Warisan Hitchcock 13

BAB XIII
BERITA DI HALAMAN MUKA

Ketika mereka telah menutup pintu kamar, Bob berpaling dengan cepat ke arah Pete.
"Kita harus mendapatkan koran itu!" serunya.
Pete menatap temannya seolah-olah ia telah kehilangan kelereng. "Ada apa sih?" tanyanya. "Itu hanyalah koran. Ayahmu seorang reporter ternama untuk salah satu koran terbesar di California. Ia bisa memberimu koran apapun di dunia!"
"Bukan untuk kenang-kenangan," Bob menjelaskan dengan sabar. "Timothy Fitchhorn melihat sesuatu di halaman depan yang membuatnya panik. Itulah sebabnya ia menumpahkan kopi ke atasnya. Supaya ia dapat menghancurkannya sebelum kita dapat melihat sesuatu itu!"
"Wah!" seru Pete. "Kau mengetahui semua ini dari secangkur kopi yang tumpah? Kau mulai berubah menjadi seorang Jupiter Jones ... dan dunia ini tidak butuh hal itu!"
"Jupe melihatnya lebih dahulu," Bob mengakui, "namun sudah jelas ada sesuatu dalam koran itu ... dan kita harus mencari tahu apa itu!"
Pete duduk di atas ranjangnya. "Tapi bagaimana? Kau kan harus berada di sini sepanjang hari, beristirahat di tempat tidur, ingat?"
Bob menggeleng dan menyeringai. "Aku memang seharusnya sakit dan berada di sini sepanjang hari. Kau, sebaliknya, benar-benar sehat!" Penyelidik berwajah serius itu membuka kunci jendela dan mendorongnya terbuka. Pete pergi ke sampingnya di jendela dan menelan ludah. Tidak kurang dari delapan meter menuju ke tanah di bawah.
Pete menatap Bob tanpa ekspresi. "Ada ide cemerlang lainnya, Anak Pintar?"
Bob mengamati dinding batu di luar jendela yang ditutupi tanaman merambat dan mengerutkan kening. "Tadinya aku berharap ada semacam pipa air yang bisa kau panjat." Ia berpikir sejenak dan menjentikkan jarinya. "Seprai!"
Pete mencibir. "Aku mengharapkan sesuatu yang sedikit lebih kokoh."
"Mau tidak mau. Ayo, mari mulai menyambung seprai-seprai ini."
Dua puluh menit kemudian mereka telah membuat semacam tali panjang dari tiga buah seprai. Bob mengikat salah satu ujungnya ke tiang tempat tidur yang terdekat dengan jendela dan kemudian melemparkan ujung lainnya keluar.
"Turun kau!" senyumnya.
"Sepertinya kau terlalu menikmati penyakitmu itu," gerutu Pete. "Di mana aku bisa mendapatkan surat kabar begitu aku tiba di bawah?"
"Coba tetangga terdekat. Ikuti saja jalan setapak yang kita lewati waktu itu ... jalan itu memotong hutan dan berakhir di tanah tetangga tidak terlalu jauh dari sini."
"Dan apa yang akan kau lakukan sementara aku pergi?" tanya Pete.
Bob melemparkan tubuhnya ke atas ranjang dan meletakkan tangan di bawah kepalanya yang berambut pirang. Senyuman lebar menghiasi wajahnya. "Istirahat adalah obat yang paling manjur!"
Pete menghela nafas dan melangkah melewati ambang jendela. "Aku akan kembali satu jam lagi," katanya dan mulai memanjat turun melalui jalinan seprai.
Dalam perjalanan turun Pete melewati sebuah jendela di perpustakaan. Berhati-hati agar tidak terlihat, ia berhenti sejenak untuk mengintip, menudungi matanya dengan tangan. Di balik kaca jendela yang berwarna-warni itu ia dapat melihat seseorang mengendap-endap di balik bayang-bayang ruangan yang penuh buku itu! Pete menyipitkan matanya, berusaha melihat dengan lebih baik ketika tiba-tiba ia merasa talinya tersentak! Ia mendongak cepat namun terlambat.
Hanya cukup waktu bagi Pete untuk melihat bahwa salah satu simpul terlepas sebelum ia terjatuh setinggi tiga meter yang tersisa. Ia menahan teriakannya dan bersiap-siap menghadapi benturan!
Remaja atletis itu mendarat sambil menggeram, seprai itu jatuh menutupi kepalanya sementara ia duduk. Merasa kesal, Pete bergegas menggulung seprai itu dan menyembunyikannya di semak-semak terdekat. Kemudian, berhati-hati agar tidak terlihat, ia berlari melintasi halaman menuju ke hutan.
Ketika ia mencapai perlindungan di balik pepohonan, Pete berhenti lagi. Kali ini ia melihat bahwa Jebediah O'Connell sekali lagi berada di kebun, menusuk-nusuk tanah dengan tongkatnya secara mencurigakan. Apa yang dicarinya, pikir Pete. Paling tidak sekarang ia tahu bukan Sepupu Jeb yang berkeliaran di perpustakaan!
Pete berusaha menyatukan potongan-potongan teka-teki itu di benaknya sementara ia berlari melintasi hutan. Ia gembira Jupe mempunyai sebuah rencana karena ia sendiri tidak dapat berbuat apa-apa dengan petunjuk yang membingungkan dan para tersangka yang ada dalam kasus ini!
Beberapa menit kemudian Pete Crenshaw yang kehabisan nafas melihat rumah tetangga terdekat. Ia berhenti sejenak untuk memulihkan nafas dan kemudian berjalan melewati jalur yang menuju ke pintu depan.
Setelah mengetuk dengan kuat, remaja jangkung itu menunggu dan menunggu. Setelah beberapa menit Pete mulai tidak sabar. Tidak ada orangkah? Ia mengetuk lagi, lebih kuat kali ini. Ia berharap susah payahnya datang ke sini tidak sia-sia. Akhirnya pintu lambat-lambat dibuka oleh seorang wanita tua bertongkat.
"Ada yang bisa kubantu, Anak Muda?"
"Selamat pagi, ma'am," kata Pete. "Saya adalah tamu tetangga sebelah Anda, Mrs. Hitchcock O'Connell ... saya ...."
"Ah," wanita tua itu tersenyum bangga, "orang-orang baik, Keluarga Hitchcock." Ia menarik nafas dan nampak sedih. "Sungguh menyedihkan. Kami telah bertetangga selama tiga puluh tahun. Ia selalu berkata bahwa rumah itu berhantu, kau tahu. Tapi kami tidak pernah mempercayai hal-hal semacam itu. Kurasa ia hanya ingin menakut-nakuti kami. Bayangkan! Alfred Hitchcock berusaha menakut-nakuti tetangganya!" Wanita tua itu terkekeh. "Jelas aku akan kehilangan mereka. Aku ingat suatu kali ...."
Pete berdehem. Jelas wanita ini kesepian di dalam rumahnya yang besar dan sungguh gembira menemukan seseorang untuk diajak berbicara. Pete berharap ia dapat tinggal dan berbincang-bincang lebih banyak mengenai Mr. Hitchcock namun ia merasa harus cepat kembali.
"Maaf, ma'am ... tapi saya ... oh ...."
"Ya," wanita itu tersenyum, kerutan-kerutan dalam di wajahnya bermunculan. "Kalian para remaja selalu terburu-buru. Selalu saja ada petualangan. Aku masih ingat ketika aku muda, kau tahu. Baiklah, apa yang bisa kubantu?"
Pete menjelaskan masalah surat kabar yang tertumpahi kopi dan bertanya kalau mereka dapat meminjam edisi London Times milik wanita itu, sekiranya ia telah selesai membacanya.
"Tentu saja, tentu saja," kata wanita itu. "Biar kuambilkan. Sebentar saja."
Pete menunggu dengan sabar di depan pintu. Ia mulai bertanya-tanya, berapa lama 'sebentar saja' itu karena sepertinya wanita itu telah pergi selama berabad-abad. Ia mulai berpikir bahwa wanita tua itu takkan kembali ketika akhirnya ia mendengar suara langkah kaki terseret kembali ke pintu depan.
"Ini dia, Anak Muda."
"Terima kasih, ma'am," kata Pete sopan. "Terima kasih banyak."
Wanita tua itu tersenyum hangat ke arah Pete, matanya berbinar-binar. "Oh, tidak apa-apa. Tolong sampaikan salam untuk Patricia dari Miss Ashley."
Pete berjanji menyampaikannya dan berbalik. Ia sudah hendak berkata selamat tinggal kepada wanita tua yang ramah itu ketika suatu ide muncul di benaknya dan ia kembali berpaling.
"Maaf, Miss Ashley ... bolehkah saya bertanya?"
"Dengan senang hati," jawab wanita itu riang. "Apa yang ingin kau ketahui, Nak?"
"Saya bertanya-tanya ...," Pete berhenti, memikirkan cara yang tepat untuk menyampaikan pertanyaannya. "Saya bertanya-tanya, selama Anda mengenal Keluarga Hitchcock, pernahkah mereka menyebut-nyebut seorang saudara bernama Jebediah? Kemungkinan seorang sepupu dari Patricia."
Wanita tua itu berpikir sejenak dan kemudian menggelengkan kepala. "Seingatku tidak," katanya. "Hitch dan istrinya Alma sering membicarakan keluarga mereka -- keluarga bagi mereka sangatlah penting, kau tahu. Selalu ada sanak saudara yang datang bertamu ketika mereka tinggal di sini selama musim panas. Aku yakin aku pasti akan ingat jika pernah mendengar seorang sepupu bernama Jebediah. Nama yang unik."
Pete berterima kasih atas informasi dan surat kabar itu dan berpaling untuk pergi.
"Jangan lupa menyampaikan salam untuk Patricia," kata wanita itu dari belakangnya.
Pete berjanji dan berlari kecil kembali ke arah hutan dengan koran itu di bawah lengannya. Ketika ia tiba kembali di Puri Hitchcok, ia melihat bahwa Jebediah masih berkeliaran di halaman, mencari-cari sesuatu dengan tongkatnya. Pete mengingat-ingat hal itu sementara ia mengambil seprai dari semak-semak dan berseru pelan ke atas, memanggil Bob.
Kepala Bob muncul dari jendela kamar. Pete menunjukkan seprai di tangannya, lalu memberi isyarat dengan tangannya agar Bob membuat simpul-simpul yang lebih erat kali ini. Ia melemparkan gulungan seprai itu ke atas ke tangan Bob yang menunggu dan menunggu dengan gelisah di balik semak. Ketika Bob melemparkan tali seprai itu kembali ke bawah, Pete menyelipkan surat kabar itu ke celananya dan mulai memanjat. Ia berhenti lagi di jendela perpustakaan namun kali ini suasana di dalam ruangan luas itu nampak tenang. Ia meneruskan memanjat sampai ke atas dan kemudian menarik seprai itu.
"Jebediah ada di kebun mencari-cari sesuatu sepanjang hari," lapor Pete. "Dan wanita yang memberiku koran ini berkata ia tidak pernah mendengar ada seorang saudara bernama Jebediah! Aku juga melihat seseorang mengendap-endap di perpustakaan!"
"Mari kita lihat koran itu!" kata Bob bersemangat.
"Wah!" seru Pete. "Aku lupa sama sekali tentang halaman muka!" Dengan cepat ia mengambil koran itu dan membukanya di atas ranjang. Mata mereka berdua terbelalak ketika mereka melihat foto yang terpampang di halaman muka.
Di bawah berita berjudul "Penipuan Besar-Besaran" terdapat sebuah foto buram yang diambil dari sebuah kamera pengawas, menampilkan dua orang yang sedang meninggalkan bank. Yang satu adalah seorang pria gemuk. Yang lainnya adalah seorang wanita kurus pendek. Kualitas foto itu buruk namun kemiripan yang nampak tak mungkin salah lagi!
"Keluarga Fitchhorn!" seru mereka berdua serempak.
Di bawah foto kabur itu terdapat keterangan singkat. Bunyinya:
 
"PENIPUAN BESAR-BESARAN"
"Dua penipu yang telah dikenal terlihat meninggalkan sebuah bank di Liverpool minggu lalu. Pasangan itu, dengan alias Thomas dan Shirley Fidgewick, dicari sehubungan dengan beberapa kasus penipuan dan pencucian uang. Berita ada di Halaman 6 ...."
 
"Tunggu sampai Jupe melihatnya!" seru Pete. "Kita beri tahu saat ia pulang nanti bahwa kita telah menyelesaikan misteri ini tanpanya!"
Bob tersenyum lebar. "Wah, aku tidak sabar untuk melihat wajahnya! Ia pasti akan sangat terkejut ketika kita beri tahu bahwa kita telah mengetahui bahwa Keluarga Fitchhorn-lah yang selama ini mendahului kita!"
"Waduh," kata Pete, menggelengkan kepala dengan ragu, "jika merekalah yang ada di balik semua ini, siapa yang berperan sebagai hantu? Lelaki itu terlalu besar dan yang wanita terlalu kecil. Kecuali ... kecuali kalau hantu itu memang benar-benar ada!"
"Kurasa kau tahu pasti apa yang akan dikatakan Jupe mengenai hal itu, Dua!" Bob tertawa.
Sementara menunggu kedatangan Jupiter, Pete turun ke lantai dasar beberapa kali untuk mengecek keadaan Patricia dan memastikan wanita itu tidak diganggu oleh Keluarga Fitchhorn. Kedua anak itu membanggakan keberhasilan mereka hingga pukul lima ketika mereka turun untuk makan malam. Bob menyatakan bahwa ia masih merasa kurang enak badan dan akan membawa makanannya kembali ke kamar. Pete, yang ingin mengawasi Keluarga Fitchhorn yang licik, memutuskan untuk berada di dekat Patricia selama sisa malam itu.
Guruh mengguncang rumah besar itu dan awan badai muncul bergulung-gulung ketika hari mulai gelap. Pete dan Patricia sedang duduk di depan pesawat televisi di ruang keluarga ketika lampu berkedip-kedip.
"Kuharap anak-anak itu pulang segera," wanita itu berkata dengan suara cemas. "Aku tidak suka mereka bermobil di tengah hujan. Ben sangat bertanggung jawab namun kecelakaan bisa saja terjadi."
"Jangan khawatir," kata Pete menenangkan. "Mereka Ben dan Jupe, mereka akan baik-baik saja."
Patricia tersenyum ke arah Pete sementara hujan mulai tercurah, menghantam kaca-kaca jendela yang tinggi. Pete baru saja hendak melemparkan sebatang lagi balok kayu ke perapian ketika ia berhenti mendadak ... bulu kuduknya berdiri tegak.
Sebuah jeritan yang panjang dan melengking membelah malam!
Next Chapter

No comments:

Post a Comment