Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Cakar Perunggu 09

BAB IX
SEMAKIN SERU

"Oh," Oscar Cutter tergagap, "kubilang, orang-orang ceroboh itu benar-benar tidak menghargai sumber daya alam kita, aku benar-benar marah dibuatnya." Jupe menggamit Bob sementara pelaut tampan itu lekas-lekas mengantarkan mereka turun dari kapal, berterima kasih sekali lagi atas kunjungan mereka. "Maafkan aku, aku benar-benar harus kembali."
"Ada apa, Pertama?" desis Bob di sela-sela giginya.
Jupiter menggerakkan bola matanya ke arah Pria Berpakaian Hitam. Bob melihatnya -- ia mengenakan kemeja biru muda dan dasi hitam hari ini namun jelas orang yang sama. "Berapa banyak lagi film yang ada di kameramu, Data?"
Sambil berusaha tetap mengamati pencuri itu, Bob dengan cepat melirik indikator di kameranya, yang menunjukkan angka 1. "Ini yang terakhir, Pertama," jawabnya suram.
Penyelidik Pertama bertubuh gempal itu mulai menerobos kerumunan menuju ke arah Pria Berpakaian Hitam. "Usahakan yang terakhir itu benar-benar berguna!" perintahnya.
Ketika mencapai deretan mobil-mobil yang pertama, Jupiter dan Bob memandang berkeliling tanpa daya. "Ke mana dia?" mereka saling bertanya.
"Siapa yang kita cari?" tanya Pete heran.
"Pria Berpakaian Hitam!" seru Bob, menunjuk ke arah pintu keluar. Pria Berpakaian Hitam ada di dalam sedannya, menunggu peluang untuk masuk ke jalan raya. "Itu dia!"
Trio Detektif berlari namun lalu lintas sedikit berkurang dan lelaki itu meluncur menjauh pada saat mereka tiba di pintu keluar. Bob bergegas menggunakan film terakhirnya, berharap agar penyusup misterius itu masuk di dalamnya.
"Nyaris!" serunya.
Pete berusaha mengatur nafasnya. "Apa yang dilakukan Pria Berpakaian Hitam di Seruling Belanda dengan semua turis ini?" tanyanya.
"Pertanyaan yang lebih penting, Dua," kata Jupiter sambil tersenyum kecut, "bagaimana Oscar Cutter mengenali Pria Berpakaian Hitam? Ia jelas-jelas nampak ketakutan ketika melihat orang itu di tengah kerumunan!"
"Wah!" kata Bob. "Akhirnya kita membuktikan bahwa Kapten Cutter bukanlah Pria Berpakaian Hitam namun dengan itu kita kini tahu mereka saling mengenal!"
Jupiter mencubiti bibir bawahnya. "Kurasa waktu kita untuk memecahkan kasus ini hampir habis. Kusarankan kita mendesak Kapten Cutter saat ini juga untuk melihat apa yang dia tahu mengenai Pria Berpakaian Hitam!"
"Kudukung," Pete setuju.
"Marilah!" kata Bob, berlari kecil kembali ke Seruling Belanda. "Tapi kita lebih baik memberi tahu Paman Atticus bahwa kita akan menyusul pulang nanti."
"Setuju," Jupiter mengangguk.
Setelah hal itu beres, ketiga anak itu bergabung dengan antrian dan menunggu giliran mereka untuk dapat naik ke atas kapal megah itu lagi. Hampir tiga puluh menit kemudian mereka sekali lagi disilakan naik ke geladak. Oscar Cutter terkejut melihat mereka. Ia mengusap keningnya dengan saputangan dan tersenyum lemah.
"Belum puas juga?" tanyanya tidak meyakinkan.
Jupiter menegakkan badan dan mengangkat bahu -- sebagaimana ia mampu tampil sebagai seorang anak yang agak terbelakang, ia juga mampu tampil jauh lebih dewasa dan berwibawa. Hal ini selalu mengesankan orang-orang dewasa.
"Anda mungkin ingat bahwa saya dan rekan-rekan saya adalah detektif," katanya memulai, menyerahkan selembar kartu nama Trio Detektif kepada penyelam itu. "Kami telah disewa oleh paman saya untuk mengusut pencurian yang telah terjadi di kediamannya. Saya harap Anda tidak keberatan kami mengajukan beberapa pertanyaan."
Kening Cutter berkerut dan ia memimpin anak-anak ke lantai bawah yang sejuk dan tenang. Ketika mereka telah tiba di sebuah kabin yang penuh dengan barang, ia berujar dengan serius, "Apapun untuk membantu sahabat-sahabatku. Apa yang ingin kalian ketahui?"
Jupiter mendesaknya. "Apa hubungan Anda dengan pria bertopi dan berkacamata hitam yang dilihat Bob dan Pete menyusup ke kapal paman saya dan yang baru saja kita lihat meninggalkan pameran ini?"
Oscar Cutter merah padam. "Begundal itu? Penjahat itu? Ia salah satu dari mereka!" Peneliti yang mudah naik darah itu menggiring mereka kembali ke lantai atas dan menuju ke buritan. Ia menuding dengan jari gemetar ke arah laut dan menggeram. "Lihat? Kalian lihat yang menggangguku selama ini?"
Trio Detektif memandang ke arah lautan dengan terkejut. Dari atas kapal mereka dapat melihat tiga perahu motor kecil tidak lebih dari lima puluh meter jauhnya, mengibarkan spanduk besar berwarna putih dengan tulisan "PERAMPOK MAKAM!", "BIARKAN YANG MATI BERISTIRAHAT!", dan "KAU MAU MEMBONGKAR PEMAKAMAN UMUM?" Mereka tidak menyadari kehadiran para pengunjuk rasa itu ketika mereka menaiki Seruling Belanda untuk pertama kalinya.
Oscar Cutter nampak hampir meledak. "Menggangguku dan orang-orangku selagi kami menyelam adalah satu hal -- namun mengancamku di rumah, di darat, adalah hal lain! Aku tidak akan tinggal diam! Pria bertopi dan berkacamata hitam itu hanyalah salah satu taktik mereka untuk menakut-nakuti. Ia adalah masalah! Kunasihati kalian agar menjauhi orang itu! Terlebih lagi karena mereka tahu kau adalah keponakan Atticus Jones."
Beberapa orang telah mulai berkerumun dan menatap penyelam yang tengah marah itu. Jupiter sempat terdiam sejenak namun dengan segera kembali menguasai diri. "Saya -- Anda tentu paham -- kami harus memastikan," katanya cepat. "Terima kasih atas waktu Anda, Kapten. Kami harus pergi sekarang."
Sambil berkata demikian Jupiter berbalik dan bergegas menjauh, diikuti oleh Bob dan Pete. Ia menghembuskan nafas lega ketika mereka telah tiba di tempat parkir.
"Wah! Orang itu benar-benar akan hilang akal sebentar lagi!" kata Bob.
"Begitulah," tukas Pete. "Aku berani bertaruh tekanan darahnya mencapai langit-langit!"
Anak-anak mulai menempuh perjalanan jauh mereka kembali ke rumah paman Jupiter. Bob bersuara, "Kita tahu bahwa Cutter mengenal Pria Berpakaian Hitam -- seorang tukang pukul dari Perompak Baru."
Jupiter berpikir keras. "Namun setiap kali kita menemukan jawaban atas Oscar Cutter, sebuah pertanyaan baru muncul."
"Apa maksudmu, Pertama?" tanya Pete.
"Tepatnya, bagaimana Cutter bisa tahu bahwa aku memberi tahu Gaspar St. Vincent aku adalah keponakan Atticus Jones? Bukankah ia seharusnya berkata: 'terlebih lagi jika mereka tahu kau adalah keponakannya' dan bukan 'karena mereka tahu kau adalah keponakannya'?"
"Benar juga," kata Pete. "Bagaimana ia bisa tahu kau memberi tahu Gaspar jika ia tidak berbicara kepada salah satu dari Perompak Baru? Dan jelas ia bukanlah seseorang yang bisa berbincang-bincang akrab dengan salah seorang dari mereka!"
"Mungkin ia hanya salah memilih kata," kata Bob. "Ia demikian penuh emosi, kurasa ia sendiri tidak tahu apa yang dikatakannya."
"Suatu kemungkinan, Data," gumam Jupe. "Tetap saja, tidak ada salahnya kita mengamat-amatinya. Kasus ini sepertinya menemui jalan buntu. Kita perlu melipatgandakan usaha kita kalau kita masih ingin menemukan si pencuri sebelum kita pulang minggu depan."
"Nah, sekarang setelah kita mengambil keputusan, apa yang harus kita lakukan dengan makan siang?" tanya Bob.
Pete menyeringai. "Teman-teman, kebetulan aku tahu suatu tempat yang hebat untuk menikmati kaki kepiting!" 

No comments:

Post a Comment