Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Cakar Perunggu 11

BAB XI
BIARKAN DIA HIDUP

Setelah mengambil sepeda tua dari rumah Paman Atticus, Bob bergegas pergi ke pameran Seruling Belanda. Ketika tiba di tempat parkir sepeda, ia melihat bahwa tidak ada terlalu banyak turis hari ini. Sebuah papan yang tergantung di haluan kapal itu mengumumkan bahwa pameran itu akan menuju Kanada besok.
Bob memandang berkeliling, mencari tempat yang tepat untuk mengawasi Seruling Belanda dan kedua perahu motor pengunjuk rasa yang berada di teluk.
Anak bertubuh kecil itu tersenyum ketika pandangannya jatuh pada sebuah toko memancing di dekat situ. Ia berjalan ke sana dan merogoh saku celananya, mencari uang. "Siapa bilang mengintai pastilah membosankan?" katanya kepada dirinya sendiri, meletakkan selembar sepuluh dolar di kasir. Seorang gadis cantik mengenakan atasan bikini berwarna merah muda cerah mengambil tempat di belakang mesin kasir. "Ada yang bisa kubantu?"
"Aku ingin menyewa kail dan umpan," Bob tersenyum, merasa yakin Jupe tidak akan setuju akan metode pengintaiannya. Bob tertawa membayangkan dirinya pulang membawa ikan besar selagi menangani kasus. Itulah yang akan didapat Jupiter Jones yang berani-beraninya menemukan suatu misteri tatkala sedang berlibur!
Gadis itu menyiapkan peralatan di atas meja sambil tersenyum manis dan berkata semoga Bob sukses. Bob tersipu-sipu dan keluar ke dermaga, memilih tempat yang tidak membuat pandangannya ke arah Seruling Belanda terhalang.
Setelah dengan teliti memasang umpan di kailnya, anak itu melecutkan jorannya dengan sempurna. Ia mulai memainkan kail perlahan-lahan dan menggulungnya dengan lembut, seperti yang telah diajarkan ayahnya beberapa musim panas yang lalu.
Sambil memancing Bob dapat melihat Oscar Cutter di geladak Seruling Belanda, menjelaskan metode penyelamannya dan menceritakan sejarah kapal megah itu. Pria itu nampak sangat bosan dan sedikit kesal terhadap para turis. Bob melihat bahwa para pengunjuk rasa di kedua perahu pun nampak bosan dan jelas sekali kehilangan antusiasme yang mereka tunjukkan kemarin.
Beberapa jam berlalu dan Bob menduga sepertinya ia akan sama beruntungnya dalam memancing dengan dalam mengintai. Kemudian ia merasa ada yang membuat tali pancingnya bergetar. Tiba-tiba talinya terulur dan jorannya melengkung oleh tarikan seekor ikan besar! Penuh semangat, Bob menarik tongkat pancingnya dengan kedua tangan. Dua puluh meter di depannya, Bob melihat cipratan air ketika seekor ikan besar melompat keluar, bergerak-gerak dengan liar di udara, sebelum akhirnya masuk kembali ke air. Jantung Bob berdebar kencang. Menangkap ikan yang besarnya setengah kali ikan ini pun ia belum pernah. Jupe dan Pete pasti akan ternganga! Ia sedang menimbang-nimbang untuk memakan ikan itu atau mengawetkannya ketika suatu gerakan di atas Seruling Belanda membuat hatinya menciut.
Oscar Cutter hendak pergi! Bob mengerutkan kening dan menggulung talinya sekuat-kuatnya, berusaha mengamati si ikan dan Cutter pada saat yang bersamaan. Peneliti itu sedang menyerahkan suatu catatan kepada seorang mahasiswa dan nampak memberikan instruksi. Ia lalu menepuk punggung mahasiswa itu, menuruni kapal, dan menuju ke jalan tepat ketika Bob menarik ikan raksasa itu keluar dari air ke atas dermaga!
Bob dengan cekatan melepaskan mata kail bagaikan seorang pemancing ulung dan menjulurkan kepala untuk melihat arah yang diambil Cutter. Pandangannya terhalang oleh kapal yang besar itu! Tahu bahwa ia tidak mungkin membuntuti Cutter sambil membawa-bawa ikan, hati Bob semakin ciut. Tepat pada saat itu gadis cantik berbikini merah muda yang tadi menyewakan kail kepada Bob muncul sambil membawa kamera.
"Hebat sekali!" katanya. "Mau kuambil gambarmu? Hanya satu dolar."
"Tentu saja," Bob mendesah, memegang ikan itu di hadapannya. "Paling tidak kini aku punya bukti."
Gadis itu mengambil gambarnya. "Apa maksudmu, 'bukti'?" tanyanya, memberikan foto kepada Bob dan menerima satu dolar sebagai gantinya.
Bob patah hati ketika ia melemparkan ikan raksasa itu ke air dan menyaksikannya berenang pergi di balik ombak. "Biarkan dia hidup, begitulah," ia mengangkat bahu, terpukul.
Bob berlari kecil meninggalkan dermaga untuk mengejar Cutter. "Terima kasih atas fotonya!" serunya.
Ketika Bob mencapai Seruling Belanda, ia berdiri di atas tiang pendek yang membatasi tepi dermaga untuk memandang di atas kepala orang-orang yang antri untuk naik ke kapal. Bob semakin kesal ketika melihat bahwa Oscar Cutter sebenarnya tidak pergi ke mana-mana. Pria itu hanya berjalan tidak jauh dari kapal ke dermaga sebelah tempat tertambatnya sebuah perahu kecil yang digunakan tim penelitinya untuk pergi ke tempat penelitian lima puluh meter ke tengah laut. Bob merasa ingin menangis! Ia telah melepaskan tangkapan terhebatnya seumur hidup dengan percuma!
Anak itu menatap dengan sebal pelaut tampan itu mengemudikan perahu motor ke kapalnya yang kosong. Kedua perahu pengunjuk rasa tidak bergeming, sepertinya memutuskan untuk tetap tinggal di sekitar Seruling Belanda.
Bob menduga-duga apa yang dilakukan Cutter di kapal penelitinya sendirian saja, jaraknya terlalu jauh untuk melihat dengan jelas. Mungkin hanya memeriksa keadaan, memastikan peralatan sonarnya yang peka tidak dijamah oleh para Perompak Baru, pikir Bob.
Dalam usahanya untuk mengalihkan pikirannya dari ikan raksasa kembali ke kasus itu, Bob berlari-lari kecil ke toko pancing kecil tempat ia menyewa kail tadi.
"Mau mencoba lagi?" gadis berbikini itu tertawa. "Tak perlu membayar lagi kalau kau ingin menggunakan kail yang sama."
Bob tersenyum berterima kasih. "Tidak, terima kasih. Aku hanya ingin minta tolong."
"Silakan," gadis cantik itu mengangguk.
"Apakah kau punya teropong yang bisa kupinjam sebentar? Penting sekali -- aku hanya akan pergi ke dermaga di dekat pameran Seruling Belanda."
Gadis itu setuju dan mencari-cari di bawah meja kasir, lalu menyerahkan sebuah teropong kepada Bob. "Jangan sampai hilang," katanya memperingatkan. "Itu milik atasanku. Aku bisa dipecat kalau ia tahu aku meminjamkan teropongnya yang bagus kepada seorang asing. Apakah kau dari sekitar sini?"
Bob menyeringai dan menggelengkan kepala. "Tidak, aku dan teman-teman hanya berlibur di sini. Terima kasih atas teropongnya. Aku berjanji akan mengembalikannya."
Bob meletakkan teropong di depan matanya begitu tiba di dermaga, tepat di depan tempat penelitian Cutter. Ia terkejut melihat Cutter mengenakan pakaian menyelam. Bob ingat bahwa salah satu pelajaran dasar yang diterima Trio Detektif di sekolah menyelam di Rocky Beach adalah tidak menyelam sendirian.
Setelah memasang tabung udara dan kacamata selam, peneliti itu memandang sekilas ke arah perahu-perahu Perompak Baru, kemudian menceburkan diri ke air.
Bob menurunkan teropongnya. Apakah yang demikian pentingnya sehingga tidak dapat menunggu sampai Seruling Belanda berlayar besok? Bob tidak sempat memikirkan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Beberapa menit kemudian pria itu muncul di permukaan dan mulai memanjat tangga di samping kapalnya.
Bob dapat melihat bahwa Cutter menggenggam suatu benda kecil di tangannya. Benda itu terlihat seperti sebuah pistol. Mungkin salah satu dari blunder-apalah yang disebut-sebutnya di rumah Paman Atticus. Lempengan kuningan di laras dan gagang kayunya berkilau ditimpa matahari.
Bob menyingkir dari dermaga ketika ia melihat Cutter menanggalkan pakaian selamnya dan menyimpannya. Ia hendak kembali ke pantai -- dan ia membawa pistol itu! Bob kembali ke toko pancing dan mengembalikan teropong kepada sang gadis.
"Datanglah lagi jika kau ingin memancing," kata gadis itu. "Dan ajak teman-temanmu. Kami menyewakan kail termurah di teluk ini!"
Bob melambai sambil berlari ke dermaga Oscar Cutter. Penyelam itu baru saja menambatkan perahu motornya. Bob membaur dengan para turis yang mengantri, lalu berlari mendapatkan sepedanya ketika Cutter melemparkan pistol antik itu ke tempat duduk penumpang di mobil kecilnya dan mulai bergerak.
Bob membuat tanda tanya besar dengan kapur hijaunya di trotoar lapangan parkir dan mulai membuntuti dari jarak yang aman.
Bob Andrews merasa semakin lama ia mengayuh, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benaknya. Seperti, ke manakah Cutter membawa pistol itu? Dan mengapa para pengunjuk rasa dari Perompak Baru tidak berusaha mencegahnya? 

No comments:

Post a Comment