Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Cakar Perunggu 06

BAB VI
PRIA BERPAKAIAN HITAM

Sementara Jupiter menyelidiki bagian dalam pos pemadam kebakaran tua, Pete dan Bob berjalan ke balik bangunan itu. Mereka melihat bahwa terdapat lorong sempit di belakang kawasan bisnis itu, digunakan oleh truk-truk untuk menurunkan muatan. Pete menduga salah satu dari bangunan itu adalah rumah makan karena ia dapat mencium bau sedap makanan laut yang sedang dimasak. Meskipun ia baru saja makan, ia menjilat bibirnya dan menghirup dalam-dalam.
"Aku mencium aroma kaki kepiting," erangnya. "Aku berani bertaruh Jupe dapat menciumnya dari dalam markas pemadam kebakaran itu."
Bob tidak menghiraukan rekannya dan terus berjalan. Di sisi jalan yang menghadap ke laut tertanam pohon-pohon pinus dan semak-semak. Semak-semak itu kemudian dilanjutkan oleh batu-batu karang besar dan kemudian beberapa meter pantai berpasir, sebelum akhinya bermil-mil air hingga ke kaki langit.
Pete memandangi ombak dan mendesah. Secara naluriah ia mencintai laut dan terkadang merasa lebih baik berada di lautan daripada mengusut suatu kasus. Namun setiap kali ia berpikir demikian, Jupe dan Bob selalu mengingatkannya bahwa Trio Detektif sedang bekerja.
"Bumi kepada Dua," kata Bob. "Tenang, Pete, akan ada banyak waktu untuk masuk ke air sebelum kita pulang."
"Kuharap demikian," gerutu anak yang lebih besar itu. "Aku ingin menyelam bersama paman Jupiter. Aku ingin mencari harta Si Janggut Hitam untuk dibawa pulang ke Rocky Beach!"
Kedua detektif itu sedang mendekati pintu belakang markas Perompak Baru dari Barat ketika Bob tiba-tiba berhenti. Ia bergegas merunduk di balik beberapa tong sampah, menarik Pete agar berbuat yang sama.
"Hei..." seru Pete terkejut.
Bob meletakkan jari di bibir dan menunjuk ke arah pos pemadam kebakaran. "Ada yang keluar lewat pintu belakang," bisiknya.
Pete mengintip dari atas tong-tong sampah dan mengamati seorang pria berbadan besar dengan kostum bajak laut membuka pintu belakang sebuah mobil kecil berwarna putih. Pria itu mengenakan bandana merah di kepalanya dengan gaya perompak yang pernah anak-anak lihat di dalam buku, anting-anting besar, dan penutup mata.
"Wah, ia benar-benar seram," bisik Bob. "Ia sungguh nampak seperti bajak laut sejati!"
"Benar," Pete sependapat. "Tidak sulit membayangkan ia punya hubungan darah dengan Si Janggut Hitam."
Pete dan Bob mengintip lagi. Mereka menyaksikan perompak penuh otot itu menyulut sebatang rokok, kemudian menanggalkan rompi kostumnya dan menggantinya dengan rompi kulit yang diambilnya dari bagian belakang mobil kecil itu. Ia membanting pintu belakang hingga tertutup dan hendak masuk ke mobil ketika sesuatu yang tidak disangka-sangka terjadi.
Tutup tempat sampah di depan Pete tiba-tiba jatuh dengan suara berdentang dan seekor kucing liar melompat keluar dari dalam, mengeong dengan ganas. Terkejut, Pete berteriak dan jatuh ke belakang, menjatuhkan beberapa tong sampah lainnya.
Sejenak Bob menyangka si perompak tidak mendengar keributan itu. Namun kemudian pria seram itu membanting rokoknya ke tanah sambil mengumpat dan berlari ke arah mereka. Bob menelan ludah dan memandang berkeliling mencari jalan keluar. Ia tahu Pete dapat berlari lebih cepat daripada orang itu namun ia tidak yakin akan dirinya sendiri. Tatapannya jatuh pada sebuah pintu besar berwarna abu-abu dengan tulisan "PINTU PELAYAN." Ia menyeret Pete dan membuka pintu itu. Aroma masakan laut yang kuat menghantam hidung mereka.
Mereka berada di dapur rumah makan yang aromanya tercium oleh Pete tadi! Pete bergegas menutup pintu dan menggerendelnya.
"Ayo!" seru Bob.
Kedua detektif itu melintasi dapur yang penuh asap itu secepat yang mereka berani, menimbulkan pandangan bingung dari para pelayan dan koki yang berpakaian putih. Bob nyaris menabrak seorang pelayan yang membawa senampan besar lobster dan kemudian harus menahan Pete agar tidak membentur kuali panas yang berisi kerang.
"Kita bisa makan nanti," katanya. "Mari pulang ke rumah paman Jupe!"
Anak-anak berlari melewati pintu ayun, masuk ke ruang makan, mengakibatkan beberapa tamu berhenti mengunyah dan menatap mereka. Mereka bergegas keluar melalui pintu depan menuju ke jalan. Mereka memandang berkeliling, mencari tanda-tanda si bajak laut bertubuh besar.
"Aman," kata Pete. Tepat pada saat ia berkata demikian, mereka berdua mendengar bunyi mesin sebuah mobil direm dan ban-ban berdecit.
"Belum!" kata Bob. Mereka berlari menyusuri trotoar dan kemudian menyeberang jalan, bersembunyi di pintu masuk sebuah tempat minum kecil bernama Kamar Tujuh Lautan. Pete berhenti cukup lama untuk melihat nama rumah makan di seberang jalan.
"Kait Sang Kapten," ia menyeringai, mengingat-ingat nama itu sambil menjilat bibir. "Kau kan kenal Jupe, ia selalu ingin tahu segala sesuatu dari laporan kita."
Bob menggeleng-geleng dan kemudian mengintip keluar. Ia melihat perompak bengis itu berhenti di lampu lalu lintas hanya sekitar tiga puluh meter dari tempat mereka. Lelaki itu memandang berkeliling mencari mereka, kemudian memacu mobilnya menjauh diiringi bunyi ban berdecit.
Pete mengusap keringat di dahinya. "Wah, perompak itu benar-benar tidak suka dimata-matai."
"Benar sekali," kata Bob. "Ia cocok sekali untuk menakut-nakuti orang agar tidak menyelam mencari barang bekas lagi."
"Kau pikir dialah yang menyusup ke rumah Paman Atticus?" tanya Pete.
Bob mengangkat bahu. "Ia anggota Perompak Baru dan sangat pemarah. Menurutku ia adalah tersangka utama!"
Mereka memikirkan hal ini dalam perjalanan pulang ke rumah Atticus Jones. Ketika mereka tiba, Jupiter belum kembali dan rumah itu sangat sunyi. Satu-satunya bunyi yang terdengar adalah ombak yang membentur Pembalasan Ratu Anne.
Mereka memutuskan untuk berjalan ke dermaga dan menikmati matahari sambil menunggu kedatangan rekan mereka. Belum jauh mereka berjalan ketika Pete mendengar sesuatu yang berat berdebam, membuatnya berpaling.
"Apa itu?" tanyanya.
"Apa itu apa?" tanya Bob.
"Mungkin aku sedikit berlebihan akibat segala sesuatu yang terjadi sepagian ini tapi kurasa ada seseorang di kapal Paman Atticus!"
Sebelum Bob sempat menjawab, seorang lelaki berwajah jahat, berpakaian serba hitam dari kepala hingga ujung kaki, melompat keluar dari dalam kapal dan berlari menaiki tangga dermaga menuju ke jalan!
Pete tidak pernah ragu-ragu untuk melakukan pengejaran -- sebagai Penyelidik Kedua, itulah keahliannya. Ia bergegas mengejar Pria Berpakaian Hitam. Namun orang itu terlalu jauh di depan Pete dan ketika Penyelidik Kedua tiba di ujung blok, Pria Berpakaian Hitam telah mencapai sebuah sedan hitam tua dan memacunya, meninggalkan Pete terbatuk-batuk terkena asap knalpot.
Terengah-engah, Pete berlari-lari kecil kembali ke tempat Bob menunggu. Sebagai seorang penyelidik berpengalaman Pete tahu pertanyaan yang akan diajukan Bob sebelum anak itu sempat bertanya.
"Tidak, aku tidak melihat wajahnya dengan jelas dan tidak, aku tidak dapat membaca plat nomornya," kata remaja jangkung itu sambil tersengal-sengal.
Bob mengusap dagunya dan menatap Pete.
"Kasus ini semakin lama semakin menarik!" 

No comments:

Post a Comment