Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Cakar Perunggu 13

BAB XIII
HANTU SI JANGGUT HITAM

Kaki Bob gemetar sementara ia berusaha mengimbangi mobil putih Oscar Cutter yang melaju menuju kota. Untuk kesepuluh kalinya anak itu berpikir, seandainya ia mengendarai sepeda gunungnya yang bergigi lima, yang diperolehnya sebagai hadiah Natal tahun lalu, membuntuti tersangka jauh lebih mudah dengannya. Paling tidak di Rocky Beach Trio Detektif bisa memanfaatkan layanan Worthington!
Worthington adalah supir berkebangsaan Inggris yang mengemudikan Rolls Royce mewah, yang dimenangkan Jupiter dalam sebuah kontes. Berkat kebaikan hati seorang klien yang sangat berterima kasih, Trio Detektif bisa menggunakan mobil mewah itu tanpa batas dan Worthington telah menjadi seorang sahabat sekaligus 'Penyelidik Keempat tidak resmi.'
Namun hari ini Worthington berada ratusan mil jauhnya dan Bob sendirian, mengayuh sepeda antik Atticus Jones!
Remaja berambut pirang itu menghembuskan nafas lega dan mulai memperlambat kayuhannya ketika melihat mobil kecil Cutter berbelok masuk ke jalan raya. Berhati-hati, Bob menjaga jarak satu blok di belakang peneliti itu. Ia terheran-heran melihat Cutter membelokkan mobil ke dalam sebuah lorong sempit di belakang deretan toko yang pernah dimasukinya dan Pete ketika melarikan diri. Bob memarkir sepeda tuanya di tempat parkir terdekat dan mengintip di sudut jalan.
Cutter sedang berdiri di depan pintu belakang markas Perompak Baru dari Barat -- dan ia menggenggam pistol yang belum lama diambilnya dari dasar laut! Bob mengamati dan kemudian mengendap-endap mendekat untuk dapat melihat lebih jelas. Apa yang dilakukan seorang peneliti kapal karam di tempat orang-orang yang memprotes dan mengancamnya? Bob sempat berpikir bahwa penyelam itu mungkin hendak menjual pistol itu kepada Perompak Baru sebagai tambahan koleksi museum mereka. Namun kemudian ia teringat akan perkataan Jupe bahwa semua yang dipamerkan adalah imitasi belaka -- lagipula, segala sesuatu yang ditemukan Cutter tentu menjadi milik universitas yang membiayai penelitiannya.
Tak lama kemudian pintu terbuka dan Cutter tanpa bersuara disilakan masuk ke dalam pos pemadam kebakaran yang gelap. Bob menggigiti kukunya dengan gelisah. Apa yang harus dilakukannya? Anak yang bertanggung jawab akan Catatan dan Riset tidak ingin terpisah dari teman-temannya jika ia memutuskan untuk membuntuti Cutter ke dalam. Pete melakukan hal itu dalam kasus sebelumnya di Inggris, Misteri Warisan Hitchcock, dan hasilnya ia terkurung di ruang penyimpan anggur sepanjang hari! Bob tidak ingin mengulangi kesalahan temannya.
Dengan muram Bob memikirkan segala alat yang dirancang Jupiter untuk menangani kasus seperti ini. Sungguh akan berguna alat-alat itu baginya sekarang! Ia sedikit kesal terhadap Jupe yang hanya membawa kapur khusus mereka namun sadar bahwa ia sendiri patut disalahkan. Ia seharusnya tahu bahwa suatu liburan pun dapat berubah menjadi bahaya jika ada Jupiter Jones!
Bob memutuskan bahwa ia harus puas dengan kapur untuk saat ini. Ia membuat sebuah tanda tanya besar berwarna hijau di dinding dan beberapa lagi sementara ia mendekati pintu belakang markas Perompak Baru. Ketika ia telah mencapai pintu yang tadi dimasuki Cutter, ia berlutut dan menggambar satu lagi tanda tanya dan tanda panah di lantai. Sambil menarik nafas panjang dan mengumpulkan segenap keberaniannya, Bob memasuki bagian dalam yang gelap.
Hidungnya segera mencium bau cat basah dan serbuk gergaji. Ruangan lembab itu hanya diterangi oleh cahaya matahari yang masuk melalui jendela kaca berwarna yang menghadap jalan raya. Bob membiarkan matanya terbiasa dengan keremangan ruangan itu selama beberapa saat, lalu berjingkat-jingkat maju.
Brak! Ia menabrak sebuah kuda-kuda gergaji dengan gergaji di atasnya. Bunyi yang ditimbulkan terasa sungguh kencang memecah kesunyian bangunan besar itu. Bob mengumpat tertahan, mengatupkan gigi, dan mendengarkan. Setelah beberapa menit di dalam kesunyian, yakin akan tertangkap basah dengan senter yang disorotkan ke arahnya, Bob melanjutkan langkahnya ke bagian depan ruangan.
Melihat turis-turis di luar jendela besar itu membuat perasaan Bob sedikit lebih baik. Ia tahu kalau ada bahaya, paling tidak ia akan dapat menggedor kaca jendela dan berteriak minta tolong -- bahkan memecahkannya kalau terpaksa!
Ia mengendap-endap di lantai bawah, mencari petunjuk, dan ketika merasa lebih percaya diri, mulai menaiki tangga menuju ke lantai dua. Cutter pastilah ada di sana!
Setelah tiba di atas kepercayaan diri Bob luntur. Hanya ada beberapa jendela kecil di ruangan besar itu dan secercah cahaya matahari yang masuk hanya menimbulkan bayang-bayang menyeramkan. Ia menggambar satu lagi tanda tanya di anak tangga teratas.
Bob menelan ludah dan kembali maju dengan tangan terentang ke depan bagaikan antena, berjaga-jaga kalau-kalau ada lagi kuda-kuda gergaji di depannya. Tiba-tiba tangannya menyentuh sesuatu yang membuatnya tersentak penuh keringat dingin. Rasanya seperti tangan manusia -- namun dingin, bagaikan tangan mayat!
Bob berteriak tertahan dan menarik tangannya penuh kengerian. Lalu, berkat cahaya lemah yang menerobos masuk, ia melihat benda yang disentuhnya.
Itu hanyalah patung lilin William Evans -- yang lebih dikenal oleh Bob sebagai Perompak Ungu. Dengan matanya yang mulai terbiasa dengan cahaya remang-remang Bob dapat melihat bahwa ada beberapa patung lilin yang tersebar di ruangan besar itu. Hal ini tidak membuatnya merasa lebih baik. Matanya menatap patung-patung itu satu per satu -- begitu ia mengalihkan tatapan ke patung yang lain, patung yang sebelumnya seolah-olah bergerak sedikit. Begitu ia menatap yang lain lagi, patung yang pertama seolah-olah siap menghantamnya.
Sambil menggigiti kuku-kukunya lagi Bob memaksa diri meneruskan pencariannya terhadap Kapten Cutter. Ketika penyelidik bertubuh kecil itu telah tiba di dinding seberang museum itu tanpa menemukan tanda-tanda si penyelam, ia menghembuskan nafas lega. Ia nyaris gembira karena tidak menemukannya. Satu-satunya yang ingin ia lakukan adalah kabur dari ruangan seram ini! Bob memutuskan bahwa cukup sudah penyelidikan yang dilakukannya untuk hari itu dan ia ingin pulang dan berpesta lobster untuk makan malam.
Setelah mengambil keputusan itu, Bob mulai berjalan dengan cepat namun tanpa suara, melintasi ruangan, menuju ke tangga.
"Aaaahhhhhhhhhh!"
Sekonyong-konyong ketakutan terbesarnya menjadi kenyataan. Ketika ia berjalan melewati patung William Teach, lebih terkenal sebagai Si Janggut Hitam, sosok tinggi itu menggeram marah dan melompat turun dari landasan tempatnya berdiri!
Anak bertubuh kecil itu menjerit kencang penuh ketakutan dan terhuyung ke belakang, menimpa sebuah benda pameran, dan menjatuhkannya ke lantai dengan suara keras! Bob berlari melintasi ruangan sambil dilanda kengerian, otaknya berusaha memerintahkan kakinya agar bergerak -- dan bergerak dengan cepat!
Si Janggut Hitam mendesis sambil mendekati Bob, sepatu larsnya berdencing di lantai sementara ia semakin mendekat. Salah satu matanya tertutup kain dan yang lain menatap dengan tidak waras. Janggut Hitam mencabut sebilah belati panjang dari sabuknya. "Ini yang kami lakukan terhadap para pencuri!" ia meringis bengis, menggerakkan jari seolah-olah memotong lehernya.
Bob menelan ludah dan menghambur ke tangga. Baru dua anak tangga dilewatinya ketika sebuah jala nelayan yang besar menyelubunginya dan membuatnya terjatuh ke lantai. Ia menendang-nendang jala itu dengan liar namun hal itu hanya membuatnya semakin erat terjerat.
Si Janggut Hitam berdiri di depannya dan mengejek. "Mungkin aku harus membiarkanmu hidup sebagai umpan! Aku ingin tahu apa yang bisa kutangkap dengan anak yang suka ikut campur sebagai umpan di kailku!" Perompak itu mencibir, meraih ujung-ujung jala, dan menyeret Bob di lantai.
"Mudah-mudahan kau telah memberi ciuman selamat tinggal kepada ibu dan ayahmu, Teman," katanya bengis, "karena yang akan kau temui berikutnya adalah Setan Laut! Ha ha ha!" 

No comments:

Post a Comment