Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Warisan Hitchcock 15

BAB XV
HANTU DATANG LAGI!

Pete menjatuhkan balok kayu yang hendak dilemparkannya ke perapian ketika suatu jeritan yang mengerikan membelah kesunyian di dalam rumah batu tua itu.
"Seperti suara Julia!" seru Patricia.
"Mari," kata Pete, melesat keluar melalui pintu. Ia berlari sepanjang koridor dan menyerbu masuk ke dapur, jantungnya berdebar kencang. Penyelidik Kedua memandang berkeliling ruangan, bersiap-siap melihat sang hantu lagi. Namun yang dilihatnya adalah Julia Abernathy terbaring pingsan di lantai dapur.
"Ya ampun!" serunya, berlari ke samping pelayan itu. Patricia bergegas masuk ke dapur dan mengangkat tangan menutupi mulutnya, terkejut.
"Ia tidak apa-apa?" tanyanya, kehabisan nafas.
"Sepertinya demikian," kata Pete. "Saya rasa ia pingsan." Pete mengangkat kaki pelayan itu ke atas sebuah balok injakan di dekatnya dan dengan lembut memijat pergelangan tangan wanita itu. Pelayan gemuk itu mengerang dan matanya terkejap-kejap.
Bob masuk ke dalam ruangan dan ternganga terkejut melihat pelayan yang terlentang di lantai itu.
"Ada apa?" serunya dengan mata terbelalak. "Aku mendengar jeritan!"
Patricia menggeleng. "Aku tidak tahu, pasti ada sesuatu yang menakutkannya ... ia pingsan!" Begitu saja!" Bob menyadari bahwa Patricia berusaha agar tidak gemetar. Jelas wanita itu tidak menyukai perkembangan yang terjadi.
"Sebaiknya Anda duduk, Patricia," katanya menenangkan. "Akan kubuatkan secangkir teh."
"Terima kasih, Bob," kata wanita itu berterima kasih, duduk di meja dapur.
Sekarang giliran Timothy dan Stella Fitchhorn masuk ke dapur, diikuti oleh Jebediah O'Connell, yang basah kuyup.
"Kami mendengar jeritan," geram Mr. Fitchhorn. "Apa yang terjadi? Ada masalah?"
"Oh, Julia terluka!" seru Jebediah, matanya terbelalak. Pria berkumis lebat itu berjalan terpincang-pincang ke sisi wanita itu. "Kau tidak apa-apa, Nyonya? Kau terluka?"
Pete membantu wanita itu duduk. Pelayan itu mengejapkan mata beberapa kali, seolah-olah tidak sadar.
"Oh," kata Julia Abernathy, "demi Tuhan, apa yang kulakukan di lantai seperti ini?"
"Kau pingsan, Julia," kata Patricia menjelaskan. "Kau tidak apa-apa? Kau terluka?"
"Saya merasa ada benjolan di belakang kepala saya namun tidak serius, madam," Pelayan itu mengusap-usap benjolan itu dengan jemarinya selama beberapa saat. Tiba-tiba ketakutan muncul di wajahnya dan ia berdiri.
"Saya ingat sekarang," serunya, menunjuk ke arah pintu menuju tempat menyimpan anggur dengan jari yang gemetar. "Di situ," katanya muram, "saya melihat hantu Molly Thibidoux di balik pintu ... benar-benar saya melihatnya dengan jelas! Saya hendak turun untuk mengambil toples acar ketika saya membuka dan ia ada di dasar tangga ... berpendar di kegelapan!"
Bob dan Pete saling berpandangan dan kemudian menatap Patricia, yang hanya bisa duduk tanpa daya.
"Sudah kuperingatkan kalian akan hantu itu!" seru Jebediah, mengayun-ayunkan tongkatnya seperti orang gila. "Kuperingatkan kalian namun tidak ada yang mendengarkan Si Tua Jeb! Kalian menganggapku gila! Sekarang Julia yang malang telah ditakutinya setengah mati!"
Tukang kebun pincang itu sekonyong-konyong berpaling ke arah Keluarga Fitchhorn dan mendesis dengan suara mengancam. "Kalau kutemukan kalian terlibat dalam hal ini, akan kupukuli kepala kalian dengan tongkatku!"
"Jebediah!" seru Patricia marah.
"Mengejutkan!" jerit Stella. "Sungguh mengejutkan bahwa sanak saudara diperlakukan seperti ini!"
"Hei, kau ...," geram Timothy Fitchhorn, mendekati Sepupu Jeb. "Hati-hati kau, tua bangka! Cukup sudah kudengar darimu malam ini!"
Jebediah O'Connell mulai menggulung lengan bajunya, matanya menyipit. "Mungkin sebaiknya kita selesaikan masalah ini seperti laki-laki," ancamnya.
Bob dan Pete memandang dengan takjub sementara Timothy Fitchhorn mengusap alisnya dengan saputangan. "Aku tidak takut padamu, kau ... kau orang Scot kurang ajar!"
"Cukup sudah!"
Semuanya terlompat ketika suatu suara dengan tegas berseru dari pintu dapur.
"Tidak akan ada perkelahian di rumah ini!"
"Winston!" Julia terisak, berlari mendapatkan suaminya. "Hantu itu ... ada di sini! Kulihat dengan mata kepalaku sendiri di tangga menuju ruang bawah tanah! Ia mengenakan gaun tua dan mengacungkan tali berjerat ke arahku dan wajahnya berpendar seperti sang Maut!"
Sementara kepala pelayan itu merangkul istrinya yang ketakutan, Bob mengamati bahwa Winston juga basah kehujanan. Mungkin karena ia harus berlari dari pondok kediaman pelayan ke rumah utama, tebak penyelidik bertubuh kecil itu.
Kilat dan guruh menyambar di luar, menyebabkan lampu-lampu rumah berkedip-kedip lagi. Julia menjerit dan membenamkan mukanya di bahu Winston. "Tenang, tenang," kata pria itu dengan lembut, merangkul bahu istrinya.
Winston berbicara kepada istrinya dengan suara pelan. "Kau sungguh terkejut, Sayang. Biar kubawa kau kembali ke pondok sehingga kau dapat berbaring. Akan kusiapkan es untuk mengompres benjolan di kepalamu itu."
"Oh, terima kasih, Sayang," bisik Julia. "Jika Anda mengizinkan, saya terpaksa meninggalkan makan malam, Nyonya," kata Julia kepada Patricia. "Saya rasa saya tidak akan dapat memasak apapun malam ini."
Patricia berkata, "Tentu saja," dengan suara lembut. "Biar kuurus segalanya, Julia. Kau beristirahat saja sejenak."
Sementara Winston memapah Julia keluar dari ruangan, Jebediah O'Connell melemparkan pandangan marah untuk terakhir kalinya ke arah Timothy Fitchhorn dan bergegas keluar. Fitchhorn menatap anak-anak dengan kesal, kemudian menegakkan kerah mantelnya dan keluar ruangan, diikuti oleh istrinya.
"Aku tidak tahu kalau aku bisa bertahan dengan semua ini," erang Patricia, menutupi mukanya dengan tangan. "Kurasa aku tidak akan dapat tinggal sebulan lagi di sini hingga rumah ini terjual!"
Pete menatap Bob dan menghela nafas. "Kurasa ini berarti kita harus kembali mencari hantu itu di bawah. Ayo ...."
Pete menarik lengan Bob namun remaja yang lebih kecil itu tidak bergerak. "Hei," kata Pete, "ada apa denganmu, Data?"
Bob terdiam selama beberapa saat, seperti tengah berpikir keras. Kemudian ia berkata pelan. "Kurasa mungkin saja kita telah salah tentang Keluarga Fitchhorn."
"Ada apa dengan Keluarga Fitchhorn?" tanya Patricia. "Apa maksudmu, Bob?"
Bob menunjukkan halaman muka koran yang sejak tadi dipegangnya. Patricia tersentak ketika melihat foto buram Keluarga Fitchhorn meninggalkan bank.
"Penjahat!" katanya geram. "Penipu yang berusaha mengambil uang ayahku! Mereka tidak akan mendapatkan satu sen pun! Tidak satu pun!" Wanita itu membenamkan wajahnya ke dalam telapak tangannya dan mulai terisak. Bob meletakkan tangan di bahu wanita itu untuk menenangkan.
"Apa maksudmu, kita mungkin saja salah tentang Keluarga Fitchhorn?" tuntut Pete, menunjuk ke arah surat kabar. "Semuanya tercetak hitam di atas putih di sana!"
Namun sebelum Bob sempat menjelaskan, mereka mendengar pintu depan tertutup. Beberapa saat kemudian Jupiter dan Ben masuk ke dapur, basah kuyup dan bertelanjang kaki!
"Apa yang terjadi?" seru Patricia dengan suara cemas. "Kalian tidak apa-apa, Anak-anak?"
"Kami baik-baik saja, Bibi Patty," Ben tersenyum. "Bahkan kami lebih baik dari sekedar baik-baik saja! Jupiter telah menemukan siapa hantu kita itu!"
Pete meloncat bangkit dengan senyuman lebar di wajahnya. "Namun tidak sebelum Bob dan aku menemukannya!" katanya penuh kepuasan. "Tebak apa yang kami temukan mengenai Keluarga Fitchhorn!"
"Sebentar ... jangan beri tahu aku!" kata Jupe dramatis. Ia mencubiti bibir bawahnya seolah-olah berkonsentrasi sepenuhnya. "Tunggu ... aku melihatnya! Sebentar ... dapat!" serunya. "Timothy dan Stella Fitchhorn adalah sepasang suami-istri penipu yang telah membohongi orang-orang di seluruh Eropa!"
Pete dan Bob saling berpandangan dengan takjub, mulut mereka ternganga.
"Bagaimana kau tahu?" seru Pete kagum. Kemudian ia merasa mengerti. "Kalian pasti telah menemukan surat kabar yang lain!"
Jupiter menyeringai ke arah Penyelidik Kedua dan menepuk bahunya. "Kujamin bahwa aku tidak menemukan surat kabar lain, Pete," ia tertawa, mengeluarkan sebuah amplop yang sedikit basah dari balik kemejanya. "Dan itu tadi juga bukan pembacaan pikiran!"
"Itulah alasan kami pergi ke London," kata Ben menjelaskan. "Jupiter memegang kunci kasus ini di dalam amplop itu!"
Next Chapter

No comments:

Post a Comment