Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Warisan Hitchcock 17

BAB XVII
JANGAN BERGERAK!

Kepala pelayan jangkung berkebangsaan Inggris itu duduk tegak seolah-olah baru saja disengat lebah. "Apa maksudnya ini?" serunya. "Benar-benar suatu penghinaan! Ide bahwa saya bersekongkol untuk merugikan majikan saya sendiri benar-benar konyol!"

Patricia menatap Jupiter dengan takjub. "Aku terpaksa setuju dengan Winston," katanya tajam, "ini pastilah suatu kesalahan!"

"Aku sudah tahu dia pasti punya maksud tidak baik," ejek Jebediah, mendekati kepala pelayan itu dengan tongkat di tangan. "Sejak semula aku tidak percaya padamu. Memanfaatkan Julia yang malang seperti itu!"

Winston Abernathy memberi Jupiter tatapan yang mematikan. "Sebaiknya Anda jelaskan, Anak Muda. Sementara itu saya akan menyusun surat pengunduran diri saya," katanya, menatap Patricia. "Saya belum pernah dihina seperti ini seumur hidup!"

Dengan tenang Jupiter membuka amplop besar yang selama ini dipegangnya dan mengeluarkan dua foto berukuran 20 kali 25 cm -- satu menggambarkan Stella Fitchhorn dan Jebediah O'Connell, yang lainnya Timothy Fitchhorn dan Winston. Ia melemparkannya ke atas meja kopi. Kilat menyambar sementara semuanya menatap foto-foto itu. Lampu berkedip kembali dan angin melolong dan meraung di luar jendela.

"Ben dan aku pergi ke London dan meminta foto-foto ini dicocokkan dengan basis data Interpol di Kedubes Amerika Serikat. Kuakui bahwa tadinya niatku yang sebenarnya adalah memeriksa latar belakang Keluarga Fitchhorn dan Mr. O'Connell. Kuduga mereka penjahat namun foto Mr. Fitchhorn dan Winston-lah yang benar-benar berharga!

"Ketika aku mengambil gambar Mr. Fitchhorn, Winston sedang berlutut di sampingnya, membantu membersihkan kopi yang ditumpahkan Fitchhorn untuk menyembunyikan foto di surat kabar. Ketika Interpol memeriksa foto-foto itu, mereka tidak hanya melihat latar belakang Keluarga Fitchhorn dan Jebediah namun juga Winston Abernathy. Dan yang mereka temukan benar-benar mengejutkan!

"Saya khawatir kepala pelayan Anda telah sukses berkarir dengan menikahi wanita-wanita pelayan seperti Julia sehingga ia mendapatkan akses ke rumah-rumah orang-orang terkaya di Eropa. Ia dicari di Belanda, Irlandia, Prancis, dan banyak lagi negara lain atas penipuan yang sama.

"Kurasa bisa disimpulkan," tambah Jupiter, "bahwa Winston dan Keluarga Fitchhorn saling mengenal ... namun bukannya saling membuka rahasia, menghilangkan kesempatan mereka mendapatkan harta itu, mereka memutuskan untuk tetap diam dan bekerja sama. Kuduga itulah sebabnya Winston meletakkan koran itu di depan Mr. Fitchhorn ... untuk memberi tahu bahwa polisi telah mencium jejaknya dan juga untuk mengamankan rahasianya sendiri. Karena jika Keluarga Fitchhorn tertangkap, pastilah mereka akan membuka rahasia Winston juga!"

Patricia nampak muram. Ia mendesak kepala pelayan itu. "Benarkah ini, Winston? Kau berencana untuk merampok kami?"

"Sama sekali tidak!" seru kepala pelayan itu. "Seandainya memang demikian pun, anak-anak jahat ini sama sekali tidak punya bukti! Bagaimana kau hendak membuktikan tuduhan tak berdasar ini, Anak Muda?"

Penyelidik Pertama yang gempal itu menyilangkan lengannya dan mengangkat bahu, seolah-olah jawabannya sejelas hidung di mukanya. "Dengan mengamati sepatumu," katanya sambil lalu.

Semua mata di ruangan itu menatap ke bawah ke sepatu kepala pelayan itu.

Sepatu itu penuh lumpur!

"Saya berlari dari pondok ketika mendengar Julia menjerit," katanya menjelaskan. "Semua orang tahu bahwa di luar hujan."

"Tapi ada jalan batu dari pondok menuju pintu belakang," balas Jupiter. "Dan yang lebih penting, ketika Ben dan aku berada di jalan masuk di dalam mobil, kami melihat seseorang di kebun tersorot lampu mobil ... tepat di tempat jam matahari itu berada!"

"Itulah sebabnya Jupe dan Ben harus membuka sepatu dan kaos kaki mereka!" seru Bob.

"Benar sekali," kata Jupiter. "Ben dan aku mengejar ke dalam kebun yang penuh lumpur tapi tanpa senter terlalu gelap untuk melihat apa-apa. Bagaimanapun, kilat memberi sedikit penerangan untuk melihat bahwa jam matahari itu telah terguling dan sesuatu yang besar dan bulat telah diambil dari bawah tanah!

"Kau berhati-hati agar tetap berada di atas jalan batu, sehingga tidak meninggalkan jejak kaki menuju ke pintu pondokmu. Malam ini hujan dan jejak kaki hanya akan bertahan sebentar saja namun kami berada tepat di belakangmu. Kau tidak mungkin tahu bahwa kami tidak punya senter, sehingga kau tidak mau mengambil resiko bahwa kami akan dapat mengikuti jejak kaki yang berlumpur ke pintu pondok. Tepat kebalikan yang terjadi pagi sebelumnya ketika kau berusaha tetap berada di rumput yang berembun.

"Kuakui bahwa aku masih belum yakin siapa yang menjadi hantu ketika Ben dan aku masuk. Terutama karena aku melihat bahwa baik pakaian Jebediah maupun Winston basah. Lalu aku ingat bahwa Jebediah sering kali berjalan-jalan di bawah hujan -- tapi tidak pernah melewati kebun yang berlumpur! Yang pertama kulakukan ketika melihatnya adalah memeriksa sepatunya. Sepatu Sepupu Jeb basah namun tidak berlumpur."

Jebediah menganggukkan kepala. "Benar," katanya, "angin meniup payungku sehingga membuka terbalik. Aku basah kuyup sampai ke tulang saat kudengar jeritan Julia yang malang dan aku pun lari ke dalam!"

Jupiter mengangguk dan melanjutkan. "Ketika kita semua berkumpul di sini, kuputuskan untuk 'secara tidak sengaja' menjatuhkan sesuatu ke dekat Winston sehingga aku dapat memeriksa sepatunya. Ketika kulihat penuh lumpur, aku tahu bahwa aku telah menemukan orang yang tepat -- atau 'hantu' yang tepat."

Winston nampak sangat marah. "Itu tetap saja tidak membuktikan apa-apa!" cibirnya. "Seluruh cerita Anda didasarkan pada bukti-bukti lemah dan kebetulan belaka!"

Sekarang Bob yang bersuara. "Jika memang Jupe salah, bagaimana kau tahu bahwa kepala Julia telah terbentur ketika ia pingsan di dapur?"

Winston tergagap. "Oh ... oh ... jangan membuat-buat! Saya ada di sana ketika itu! Semua melihat saya!"

Bob menggeleng. "Tidak, kau tidak ada di sana. Kudengar Julia menjerit ketika aku ada di lantai atas. Ketika aku berlari masuk ke dapur, Pete ada di sampingnya dan Patricia berdiri di dekat meja."

"Benar!" kata Pete. "Aku ingat sekarang! Keluarga Fitchhorn dan Sepupu Jeb berlari masuk tepat setelah Bob. Namun Winston tidak ada sampai setelah Julia berkata kepalanya terbentur!"

"Kau tahu," tuduh Bob, "karena kau saat itu sedang berdiri di bawah tangga ruang bawah tanah! Mungkin sedang menanggalkan kostum hantu."

Jupiter mendesak kepala pelayan itu. "Semua potongan teka-teki mulai menyatu sekarang. Kau berhasil memecahkan teka-teki piringan hitam itu -- tapi terlambat! Kau tahu Ben dan aku akan kembali sewaktu-waktu, maka kau harus beraksi dengan cepat! Kau mengalihkan perhatian dengan berdandan sebagai hantu dan menakut-nakuti istrimu sendiri. Ketika semua orang datang, kau mencopot kostum dan berlari keluar melalui jalan keluar rahasia di ruangan di balik bilik bawah tanah. Setelah itu kau berjalan secara tidak langsung menuju jam matahari di kebun. Dan kau hampir saja berhasil kalau saja Ben dan aku tidak kembali tepat pada saat kau sedang mengeluarkan kotak itu dari dalam tanah!"

Jupiter menatap kepala pelayan itu dengan masam. "Ya, kau baru saja hendak melarikan diri ketika Ben dan aku masuk ke halaman dan lampu mobil menyorotmu. Kau ketakutan -- namun hanya sesaat! Kau tidak mungkin punya waktu untuk menyembunyikan harta itu dengan baik. Aku yakin jika kita menggeledah pondok Abernathy, kita akan menemukan apapun yang tadinya terkubur di bawah jam matahari itu. Dan mungkin sekali gaun, rambut palsu, dan tali jerat juga!"

Kemarahan merambati wajah kepala pelayan jangkung itu. "Berandal cilik kurang ajar! Cukup sudah kudengar celotehanmu!"

Sekonyong-konyong kepala pelayan itu telah menggenggam sepucuk pistol kecil di tangannya. Ia mengacungkannya dengan putus asa. "Jangan bergerak!" teriaknya serak.

"Winston!" seru Patricia terkejut. "Teganya kau!"

"Lebih mudah dari yang Anda pikir!" ejek kepala pelayan itu. "Yang paling sukar adalah mencari muka dan menelan segala ocehan dan keluhanmu setahun ini sementara aku mencari tahu lokasi semua lemari besi di rumah ini! Pekerjaan ini terbukti lebih rumit dari yang kebanyakan -- namun bagaimana mungkin aku melewatkan sebuah tantangan dari Alfred Hitchcock?"

Ia mengacungkan pistolnya dengan gerakan mengancam dan mengangguk ke arah pintu. "Semua keluar!" perintahnya. "Aku mau semua orang masuk ke bilik!"

"Timothy, lakukan sesuatu!" jerit Stella Fitchhorn histeris. "Ia hendak kabur dengan harta karun itu!"

"Diam kau!" tukas Fitchhorn. "Kau ingin kita ditembak?"

"Lakukan perintahnya," kata Jupiter dengan berani. Penyelidik Pertama mengangkat tangan ke atas kepala dan berjalan lambat-lambat menuju pintu. Ia segera diikuti oleh Bob dan Pete, yang menatap pemimpin mereka dengan heran. Bukan watak Jupiter Jones untuk menyerah dengan begitu mudah.

"Kau akan mendapatkan balasan atas apa yang kau lakukan terhadap Julia!" kutuk Jebediah. "Biarpun aku harus mencari ke seluruh penjuru Eropa, akan kulacak dan kutemukan kau!"

"Masuk ke bilik," perintah Winston. "Tidak ada gunanya mengancam seorang pria yang bersenjata!" Dilambaikannya pistolnya lagi. "Jika ada yang berbuat aneh-aneh, akan kulubangi dia!"

Mereka berbaris tanpa perlawanan sepanjang koridor, masuk ke dapur yang terang.

"Buka pintu, Sherlock!" geram Winston kepada Jupiter, menunjuk ke arah pintu yang menuju ruang bawah tanah.

Jupiter melakukan yang disuruh.

"Sekarang turuni tangga itu -- semuanya! Jangan macam-macam atau kutembak!"

Para tawanan itu perlahan-lahan menuruni anak-anak tangga menuju ke bilik bawah tanah yang mencekam.

"Sekarang copot bola lampu itu dan lemparkan ke arahku!" perintah si kepala pelayan.

Sekali lagi Jupiter melakukan yang disuruh. Ia mencopot satu-satunya bola lampu dan melemparkannya ke tangan Winston yang telah teracung.

Winston Abernathy membiarkan bola lampu itu jatuh di tangga batu, pecah menjadi ratusan kepingan. "Tidak usah bersusah payah mencoba jalan rahasia itu," tawanya, "sudah kukunci dari luar. Kalian akan senang mendengar bahwa aku telah memberi Julia obat tidur yang kuat, sehingga ia tidak akan bangun sampai besok siang paling tidak!"

Dan kepala pelayan jangkung itu pun membanting pintu bilik hingga tertutup!

Mereka terperangkap -- diselimuti kegelapan ruang bawah tanah yang mencekam!
Next Chapter

No comments:

Post a Comment