Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Warisan Hitchcock 10

BAB X
SURAT YANG TELAH DIBUKA

"Apa maksud Anda?" tanya Winston. "Amplop itu tersegel!"
"Jelaskan, Nak," tuntut Timothy Fitchhorn. "Aku mulai tidak sabar dengan segala aksi Sherlock Holmes-mu!"
"Dari mana kau tahu surat itu sudah dibuka sebelumnya, Jupiter?" tanya Ben.
"Lihatlah," kata Jupe. Orang-orang berdesak-desakan dan memandangi lilin segel itu. "Kuasumsikan surat ini dari Mr. Hitchcock dan ia telah menyegelnya dengan lilin berwarna merah tua. Nah, jika lilin berwarna diletakkan di atas kertas, akan ada bekasnya," katanya menjelaskan. "Siapapun yang telah membuka surat ini telah menyegelnya kembali dengan lilin yang berbeda, warna merahnya lebih muda ... tidak sepenuhnya menutupi bekas lilin yang pertama dilekatkan Mr. Hitchcock."
Stella Fitchhorn mengeluarkan saputangan putih dan membersihkan hidung. "Dan semua ini membuktikan apa?" ia mendengus dengan angkuh.
"Sederhana saja, seseorang di rumah ini telah menemukan harta itu," jawab Jupiter.
Wanita yang mirip burung itu meletakkan tangannya di leher dan merapatkan bibir. "Tapi, tapi, kami berhak ...," ia tergagap.
Winston melangkah ke samping Patricia dan berdehem. "Madam, kalau saya boleh mengusulkan, paling tidak mari kita buka amplop itu dan lihat yang tertulis di dalamnya."
Patricia ragu-ragu sejenak, melirik Keluarga Fitchhorn seolah-olah mereka adalah musuh yang berbahaya. Akhirnya ia menghela nafas dan mengangguk ke arah Jupiter. "Silakan, Jupe," katanya, "mari kita lihat apa yang dikatakan ayahku. Aku udah nyaris tidak tahan lagi akan teka-teki ini. Mari kita selesaikan secepatnya!"
Jupiter mengangguk dan menyelipkan ibu jarinya di tepi segel lilin itu, membelahnya menjadi dua. Dengan hati-hati dikeluarkannya secarik naskah yang bagus dari dalam amplop. Kertas itu terlipat tiga kali. Ia meletakkannya di atas meja bilyar dan meratakannya.
Mereka semua berdesak-desakan untuk membacanya.
Surat itu berbunyi:
 
"???,
Aku akan sangat heran jika bukan kalian yang membaca ini -- jika asumsiku benar, maka kalian pasti tahu bahwa surat ini telah disegel dengan lilin. Jika segel itu rusak atau surat ini tidak beramplop lagi, berarti seseorang telah mendahului kalian!
Bagaimanapun juga kalian tidak kehilangan apa-apa! Karena jika kalian membaca ini, maka aku harus berkata ... 'ck, ck, ck!' Penafsiran kalian akan segala petunjuk itu tidak sesuai dengan reputasi kalian! Kalian tidak berpikir misteri ini akan sesederhana itu, bukan? Tentu saja kuharap tidak! Pelajari petunjuk-petunjuk itu lagi dan kali ini ... ingatlah dengan siapa kalian berurusan!
A. J. H."
 
"Demi Tuhan!" kata Pete. "Sama sekali bukan harta yang kita cari!"
"Karena itulah si pencuri menyegel kembali amplop ini," gumam Jupiter dengan serius. "Siapapun yang telah membuka surat ini tidak dapat memecahkan petunjuk terakhir ... dan membutuhkan kita untuk melakukannya!"
Orang-orang di sekitar meja bilyar saling berpandangan seolah-olah mencurigai si pencuri ada di antara mereka saat itu juga.
"Kita tunda pencarian sampai pagi," Jupiter memutuskan. "Besok pagi kita akan menelusuri kembali petunjuk dari mesin pemutar lagu dan melihat ke mana kita dibawanya."
"Baiklah," Winston menguap, "dengan seizin Anda, madam, saya akan pergi tidur."
"Tentu saja," kata Patricia. "Kita semua sebaiknya tidur. Hari yang panjang."
"Dua kali lebih panjang untukku!" kata Pete. "Tidak setiap hari ada hantu mengurung kita di ruang bawah tanah!"
"Apa?" seru yang lain serempak.
"Oh ya," kata Pete malu-malu, "kita terlalu terpaku pada petunjuk dari piringan hitam itu sehingga aku lupa menceritakan kisahku."
"Katamu kau dikurung oleh hantu?" tanya Jupiter tidak percaya.
"Aku tahu apa yang akan kau katakan," erang Pete, "kau akan berkata bahwa itu hanyalah khayalanku dan tidak ada yang namanya hantu dan aku tentu telah asal mengambil keputusan." Ia melanjutkan dengan menceritakan apa yang diingatnya sebelum ia ditinggal sendirian di dalam ruangan gelap tempat menyimpan anggur. "Aku tahu apa yang kulihat dan yang kulihat mengenakan gaun dan menggenggam tali bersimpul dan berpendar!" katanya mengakhiri.
"Luar biasa," kata Winston.
"Yah," timpal Timothy Fitchhorn datar, "khayalan yang luar biasa. Aku tidur sekarang!"
Istrinya mengangguk dengan mengantuk. "Aku naik ke kamar juga. Kalian sebaiknya juga, Anak-anak."
"Tidak ada yang mempercayaiku," gerutu Pete.
"Aku percaya ada yang aneh di rumah ini," kata Patricia tidak enak. "Dan malam ini aku akan tidur dengan lampu menyala."
"Aku akan tidur di lantai di kamar Bibi Patty jika dengan demikian Bibi akan merasa aman," Ben menawarkan.
"Aku akan merasa jauh lebih aman," bibinya mengaku.
Jupiter berusaha berpikir logis tentang hantu Pete. "Dalam situasi seperti itu, pikiranmu bisa mempermainkanmu," katanya menguliahi. "Mungkin saja kau hanya melihat apa yang diinginkan oleh pikiranmu."
"Atau mungkin saja kau tidak mau mengakui bahwa benar-benar ada hantu di rumah ini!" Pete menyeringai ke arah temannya yang kelebihan berat badan itu.
"Hantu atau bukan, kita harus berjaga sepanjang malam," kata Jupiter, menguap sambil menutupi mulutnya dengan telapak tangan. "Kita bergantian setiap tiga jam."
"Biar aku duluan," kata Bob suka rela. "Sekarang ada dua hal yang ingin kulihat di Inggris ... Menara London dan hantu Pete!"
Next Chapter

No comments:

Post a Comment