Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Cakar Perunggu 10

BAB X
JUPE DAN PETE MELACAK

Trio Detektif melanjutkan diskusi tentang kasus mereka sambil menikmati makan siang berupa kaki kepiting yang berlimpah-ruah. Jupiter meminta Bob membacakan catatannya dan merangkum para tersangka yang mungkin memiliki motif untuk mencuri Cakar Perunggu.
"Lupakan siapa yang mencurinya," tukas Pete, "aku ingin tahu siapa yang mengembalikannya!"
Jupiter menyuapkan makanannya. "Sekarang lebih baik kita berkonsentrasi pada para tersangka. Mudah-mudahan alasan kejadian-kejadian ini akan jelas setelah kita tahu siapa penjahatnya." Ia mengangguk ke arah Bob. "Lanjutkan dengan catatanmu, Data."
Bob membuka buku catatan kecil yang selalu dibawanya di saku belakang. "Coba kita lihat," mulainya, membetulkan letak kacamatanya, "ada Pria Berpakaian Hitam yang misterius, yang dikejar oleh Mr. Cutter pada pagi hari ketika kita tiba dan kemudian oleh Pete pada siang harinya. Menurut teman pamanmu, ia ada hubungannya dengan Perompak Baru dan telah mengancam pamanmu dan Mr. Cutter selama beberapa minggu. Kemudian kita punya Perompak Baru dari Barat, termasuk Gaspar St. Vincent dan Connie Bly. Gaspar sepenuh hati ingin menghentikan kegiatan pamanmu namun tidak memberi kesan seorang pencuri. Di lain pihak, Bly nampak seperti seseorang yang mungkin mencuri demi uang semata-mata. Terakhir adalah Oscar Cutter, yang mungkin menyabot pamanmu karena iri, meskipun jika memang demikian ia tidak punya alasan untuk mengembalikan Cakar Perunggu."
Anak bertampang serius itu menutup buku catatannya dan meneguk minumannya. "Itulah rangkumannya, Pertama. Apa pendapatmu?"
Jupiter meraih potongan kaki kepiting terakhir di piringnya dan menimbang-nimbang untuk memakannya atau tidak. "Pamanku mungkin saja benar mengenai Cutter," katanya, mencelupkan kaki kepiting itu ke dalam mentega, "kalau tadi ia hanya salah bicara, kurasa ia bersih.
"Dengan demikian tinggal tiga orang di dalam daftar tersangka kita." Sambil berpikir keras ia tanpa sadar memasukkan kaki kepiting itu ke dalam mulut. "Dan hanya ada dua tempat kita dapat menemukan anggota-anggota Perompak Baru dari Barat -- bekas pos pemadam kebakaran atau perahu-perahu yang mengelilingi tempat penelitian."
Ketika menyadari bahwa piringnya sekarang telah kosong, Penyelidik Pertama tersenyum malu dan meminta bon. "Kuusulkan kita berpencar. Bob dapat meminjam sepeda pamanku kali ini dan membuntuti Cutter pulang dari pameran Seruling Belanda. Pete dan aku akan mengamat-amati Connie Bly di markas Perompak Baru. Semuanya harus waspada akan kemunculan Pria Berpakaian Hitam!"
Setelah membayar, Jupiter merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan tiga batang kapur, satu biru, satu hijau, dan satu putih. Ia memberikan yang biru kepada Pete dan yang hijau kepada Bob. Kapur itu adalah gagasan cemerlang Jupe saat menangani salah satu kasus sebelumnya. Para anggota Trio Detektif dapat meninggalkan jejak tanda tanya jika mereka harus berpencar. Hampir tidak ada yang menyadari sebuah tanda tanya yang dibuat dengan kapur di trotoar atau di pagar, orang dewasa biasanya menyangka itu hanyalah suatu permainan kanak-kanak. Namun bagi Trio Detektif tanda tanya itu adalah petunjuk yang berharga.
"Selalu ada gunanya siap siaga," Jupe menggurui sementara mereka keluar ke jalan yang terang. "Aku merasa kita tidak akan membutuhkan kapur-kapur ini selama liburan kita ini namun aku tetap membawanya, siapa tahu." Ia melihat jam tangannya. "Kita berkumpul kembali di rumah pamanku lima jam lagi. Paman Atticus akan memasak lobster malam ini, jadi jangan sampai terlambat!"
"Oh," erang Pete. "Bagaimana kau dapat berpikir tentang makanan setelah makan besar tadi?"
Anak-anak tertawa dan Bob pergi ke arah rumah Atticus Jones sementara Pete dan Jupe menuju ke markas Perompak Baru dari Barat. Karena hari itu bukanlah akhir pekan, jumlah turis yang bergerombol di jalan tidaklah terlalu besar, sehingga kedua penyelidik itu bisa mencapai bekas pos pemadam kebakaran dalam waktu relatif singkat. Setelah sepakat untuk bersuit dua kali jika melihat sesuatu yang mencurigakan, Jupe duduk di salah satu bangku taman di seberang jalan, mengamat-amati pintu depan bangunan batu bata itu. Pete memanjat tangga darurat sebuah bangunan beberapa pintu jauhnya dari pintu belakang pos pemadam kebakaran.
Dari tempatnya mengintai Pete dapat melihat sebuah Mercedes dan sebuah Jeep terparkir di belakang pos pemadam kebakaran. Ia tidak melihat mobil kecil berwarna putih yang digunakan Bly beberapa hari lalu. Anak-anak telah melakukan pengintaian berkali-kali sebelumnya dan mereka semua terbiasa akan kebosanan yang melanda jika tidak ada yang terjadi dalam waktu lama. Sepertinya itulah yang akan terjadi kali ini. Setelah dua jam Jupe membeli es krim dari seorang pedagang jalanan, lalu gulali. Pete turun untuk mengambil sebuah kursi tua yang telah dibuang seseorang bersama dengan sampah. Ia menaikkan kursi itu ke tempat mengintainya di atas tangga darurat dan meregangkan kakinya yang panjang sambil tersenyum.
Satu jam lagi telah berlalu. Hari mulai sangat terik. Jupiter pindah ke sebuah bangku taman lain yang terlindung bayang-bayang sebatang pohon. Di atas tangga darurat keadaan Pete sungguh menyedihkan. Tidak ada yang melindunginya dari panas matahari dan anak itu sangat haus. Ia melihat arlojinya untuk kesekian ratus kalinya dan mendesah. Ia berharap sesuatu akan segera terjadi. Meskipun ia telah menikmati makan siang besar tadi, perutnya mulai bersuara.
Tepat pada pukul lima pemilik Mercedes dan Jeep muncul membawa ember-ember cat dan kotak perkakas. Pete berdiri tegak dan mengintip melalui sela-sela pegangan tangga yang berkarat. Ia tidak mengenali kedua orang itu namun itu bukan masalah -- mereka berdua masuk ke mobil masing-masing dan pergi.
Pete menghela nafas dan hendak melihat jam tangannya lagi ketika pintu belakang sekali lagi terbuka. Kali ini Gaspar St. Vincent! Pete mengamati pria berkostum bajak laut itu menjatuhkan seberkas anak kunci dan kemudian mengunci pintu. Penyelidik Kedua merasa perompak itu nampak sangat marah -- ia berjalan demikian cepatnya sehingga boleh dikatakan berlari! Pete menahan nafas ketika Gaspar berjalan tepat di bawahnya. Perompak itu kemudian masuk ke sebuah toko obat di sebelah kiri jalan melalui pintu belakang. Pete memasukkan jari ke mulut dan bersuit dua kali.
Di bangku taman yang kini didudukinya bersama beberapa ekor merpati, Jupiter menegakkan badannya. Ia mendengar sinyal dari Pete. Penyelidik Pertama menatap bagian depan toko-toko dengan bergairah. Sekonyong-konyong ia memahami tanda dari Pete. Gaspar St. Vincent dapat dikatakan lari keluar dari sebuah toko obat, beberapa bangunan dari pos pemadam kebakaran. Bajak laut jangkung itu melihat ke kiri dan ke kanan, kemudian berlari menyeberangi jalan. Mata Jupe terbelalak. Gaspar menuju tepat ke arahnya!
Jupiter membungkuk dan berpura-pura mengikat tali sepatunya. Gaspar St. Vincent, yang juga dikenal sebagai Francis Shoe, tidak memperhatikannya meskipun lewat setengah meter dari Jupiter! Jupe begitu dekat dengan Perompak Baru itu hingga ia dapat melihat kecemasan yang merambati wajah lelaki itu. Ia memandang penuh minat sementara Gaspar memasuki sebuah pintu di samping Kamar Tujuh Lautan dan berlari menaiki tangga, sekali melangkah melompati dua anak tangga sekaligus.
Saat itu Pete Crenshaw yang kehabisan nafas mengusir burung-burung merpati dan duduk di samping rekannya. "Kau melihat Gaspar?"
Jupe mengangguk. Apartemennya pastilah berada di atas tempat minum itu. Kalau melihat wajahnya, seolah-olah sesuatu yang mengerikan telah terjadi. Apa yang kau lihat?"
"Tidak ada apa-apa..."
Sebelum Pete dapat berkata lebih lanjut, Gaspar telah muncul kembali di pintu. Kedua anak itu berusaha untuk tidak menarik perhatian namun sebenarnya tidak perlu. Gaspar, mengenakan pakaian baru, berjalan tepat di samping mereka tanpa mengatakan apa-apa.
"Kau pikir ia melihat kita?" tanya Pete.
"Masa bodoh!" seru Jupe. "Mungkin akhirnya kita mendapat angin segar dalam kasus ini. Mari kita buntuti dia dan lihat ke mana dia pergi!"
Kedua penyelidik itu mulai berjalan di belakang bajak laut itu, berhati-hati dengan menjaga jarak kalau-kalau pria itu berpaling. Di ujung blok pria jangkung itu berbelok ke kanan dan menghilang. Jupe dan Pete lekas-lekas berlari ke belokan itu dan mengintip.
"Ia naik mobil!" teriak Pete.
Dalam hati Jupiter sangat kesal sementara mereka memandangi Gaspar mengemudikan mobil kecilnya yang berwarna biru bergabung dengan lalu lintas. "Mengapa kita berikan sepeda kepada Bob?" keluhnya. "Kita harus berusaha mengikutinya dengan berjalan kaki sejauh yang kita bisa!"
Berkat arus lalu lintas dan beberapa lampu merah yang membawa keberuntungan, kedua anak itu berhasil mengikuti mobil biru itu sejauh beberapa blok. Namun ketika Gaspar berbelok masuk ke jalan raya, mereka hanya dapat berdiri tanpa daya sambil memandangi pria itu meluncur menjauh.
"Kita kehilangan dia," erang Pete.
Jupiter memandangi mobil yang kian lama kian mengecil itu dengan hati menciut. Ketika kendaraan itu hampir hilang dari pandangan, hatinya tiba-tiba melonjak. Ia melihat lampu rem dan sen! Digamitnya lengan Pete.
"Ayo! Mungkin belum terlambat!" Anak-anak berlari sekencang-kencangnya. Namun mobil Gaspar berbelok ke kiri dan menghilang sebelum mereka berada setengah jalan dari belokan itu.
Pete menggeleng-geleng dan memperlambat larinya. "Tidak ada gunanya," katanya terengah-engah. "Mungkin sekarang dia sudah satu mil jauhnya dari sini!"
Jupiter pantang menyerah. "Belum tentu, Dua," ia tersengal-sengal, berusaha mempercepat langkah. "Kalau aku tidak salah, jalan yang dimasukinya itu buntu! Kita melewati daerah ini ketika pergi melihat Seruling Belanda." Tanpa mempedulikan rasa nyeri di pinggang mereka, anak-anak terus berlari. Ketika akhirnya mereka tiba di belokan tempat Gaspar menghilang, dengan muka merah dan penuh keringat, Jupiter berseru penuh kemenangan.
"Ya!" teriaknya, menunjuk ke suatu arah di tengah-tengah blok. Pete mengusap keringat di dahinya dan tersenyum. Mobil biru Gaspar terparkir di depan sebuah gedung apartemen kecil! Terpampang sebuah papan nama: APARTEMEN LYNDALE LANE. Anak-anak menyelinap sedekat yang mereka berani di seberang jalan, kemudian merunduk di balik pagar semak yang tinggi.
Dengan penuh minat mereka memandang Gaspar berbicara dengan ramai kepada seseorang melalui interkom apartemen. Mereka terlalu jauh untuk mendengar pembicaraan itu namun Gaspar jelas nampak marah. Tangannya bergerak-gerak penuh emosi dan ia berulang kali menekan tombol-tombol di interkom itu.
"Wah, siapapun yang tinggal di sana jelas tidak ingin ia masuk!" kata Pete.
"Lihat siapa yang datang," desis Jupiter.
Pete hampir-hampir tidak dapat mempercayai pandangannya. Pria Berpakaian Hitam! Pria itu mengenakan kemeja lengan pendek berwarna ungu dan dasi putih, serta topi hitam dan kacamata gelap yang biasa. Ia tiba di gedung apartemen itu dan berjalan menuju ke pintu depan. Ia nampak berbicara kepada Gaspar.
Jupe nyaris meledak penuh rasa ingin tahu. "Seandainya kita bisa mendengar pembicaraan mereka!" keluhnya. "Mungkin kita bisa lebih mendekat lagi."
Pete menggeleng. "Mereka jelas akan melihat kita. Satu-satunya mobil di depan apartemen itu adalah milik Gaspar. Mungkin..."
Ia terdiam ketika kedua pria itu berjalan keluar bersama. Mereka berhenti di depan mobil kecil milik Gaspar dan Pria Berpakaian Hitam menyerahkan sesuatu kepada Gaspar, kemudian berjalan menjauh. Anak-anak mengamatinya masuk ke mobilnya sendiri yang diparkir beberapa rumah jauhnya.
Sambil memasukkan benda kecil itu ke dalam saku, Gaspar St. Vincent masuk ke mobilnya dan mereka berdua pergi ke arah yang berlawanan -- Pria Berpakaian Hitam lewat tepat di depan Jupe dan Pete. Jupiter tidak ragu-ragu. Dengan mengambil resiko ketahuan, ia keluar dari balik pagar semak dan berlari-lari kecil di tepi jalan, cukup lama untuk melihat nomor polisi Pria Berpakaian Hitam. Dengan cepat diingatnya nomor itu.
"DLH 555," lapornya ketika tersusul oleh Pete. "Mungkin Chief Reynolds di Rocky Beach bisa membantu kita mengidentifikasi Pria Berpakaian Hitam yang misterius!"
Pete menganggukkan kepala ke arah pintu depan kompleks apartemen itu. "Mari kita lihat, siapa yang berbicara dengan Gaspar tadi."
Kedua anak itu berjalan ke pintu depan gedung kecil itu dan Pete menggerakkan jarinya menelusuri daftar penghuni. Terdapat empat nama dengan nomor interkom masing-masing.
1. ADRAGNA, R. #1113
2. KANE, H. #8216
3. VEBBELL, E.D. #0505
4. MOTT, H. #0915
Pete mengerutkan kening. "Aku tidak mengenali satupun dari nama-nama ini. Siapakah yang diajak bicara oleh Gaspar dengan penuh semangat tadi?"
"Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya," kata Jupiter muram. "Kita harus mengetuk pintu satu demi satu." Selama beberapa saat Jupe dengan cepat mengarang suatu cerita dan kedua anak itu mulai mengetuk. Lima menit kemudian mereka telah berbicara dengan semuanya kecuali KANE, H. di apartemen nomor dua. Semuanya sama sekali tidak dikenal oleh anak-anak.
Pete menuliskan alamat apartemen itu di telapak tangannya, kemudian menggaruk kepalanya dengan pen. "Menurutmu apakah Pria Berpakaian Hitam itu adalah H. KANE ini?"
"Suatu kemungkinan," kata Jupiter sambil berjalan ke sisi gedung. "Mari kita coba mengintip melalui jendela, siapa tahu kita akan melihat sesuatu yang dapat memberi petunjuk."
Kedua detektif itu menemukan jendela-jendela apartemen H. KANE. Hanya satu yang tirainya terbuka. Anak-anak meletakkan tangan mereka di kaca dan mengintip ke dalam.
Apartemen H. KANE sungguh berantakan. Sebuah meja penuh sesak dengan kertas dan tagihan terletak di balik jendela. Tumpukan majalah dan surat kabar dengan gambar kuda pacuan dan anjing balap teronggok di atas meja dan kursi.
"Sepertinya hari ini pembantu libur," kata Pete tidak terkesan.
"Itu majalah-majalah mingguan tentang pacuan," Jupiter memberitahunya. "Sepertinya Mr. Kane adalah seorang penjudi yang sering mengunjungi arena pacuan." "Lalu?" Pete mengangkat bahu. "Semua orang perlu hobi. Aku ingin tahu siapa Pria Berpakaian Hitam -- bukan apa yang dilakukannya pada waktu senggang!"
Jupiter berjalan keluar dan membuat tanda tanya besar dengan kapur putihnya di sebatang pohon di halaman apartemen. Ia memasukkan kapur ke dalam sakunya dan menyatukan telapak tangan dengan puas. "Coba kita lihat apakah Chief Reynolds dapat memberi tahu kita siapa orang itu, Dua. Mungkin DLH 555 sama dengan H. KANE!" 

No comments:

Post a Comment