Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Cakar Perunggu 15

BAB XV
JANGAN COBA-COBA!

"Lihat! Di atas kapal!" teriak Pete.
Jupiter dan Atticus memandang melalui kaca truk tua sementara Atticus menghentikannya di lapangan parkir kosong di depan Seruling Belanda.
"Aku tidak melihat apa-apa, Dua."
"Apa yang kau lihat, Nak?"
"Aku berani bersumpah aku tadi melihat seseorang di atas kapal!" Pete berseru seraya melompat keluar truk. "Ayo! Mungkin itu Bob!"
Atticus dan Jupiter segera mengikutinya. Ketika mereka tiba di kapal besar itu, Pete berkata tertahan, "Aku berani bersumpah..." Seruling Belanda menjulang dingin dan diam di kegelapan malam. Kabut yang beberapa saat lalu hanya sekitar 30 cm di atas permukaan laut kini mulai merambat naik dan menyelubungi kapal. Jembatan untuk naik ke kapal dinaikkan dan terdapat tanda di haluan kapal: "TUTUP." Dan di bawahnya terdapat tulisan: "Terima kasih, Anchor Bay! Seruling Belanda Akan Berlayar Pukul 8:30 Pagi."
Satu-satunya kegiatan yang terlihat hanyalah toko pancing kecil sekitar lima puluh meter dari mereka yang sedang ditutup. Sebuah mobil kecil berwarna putih terparkir di sampingnya. Seorang gadis mematikan lampu-lampu, mengunci pintu, dan kemudian pergi menaiki sepeda. Mereka kini sendirian.
Ombak memukul-mukul lambung kapal dan bunyi sosok kayu raksasa itu menimbulkan rasa seram tatkala digabungkan dengan kabut yang tebal. Pete memandang berkeliling dengan gelisah. "Mungkin aku hanya berkhayal," bisiknya. Ia tidak tahu mengapa ia berbisik, seolah-olah sudah sepantasnya dalam suasana menegangkan itu.
"Lihat ini," desis Jupiter. Pete dan Paman Atticus bergegas mendatangi tempat anak gempal itu berdiri. Ia menuding ke trotoar.
Terdapat sebuah tanda tanya besar yang digambar dengan kapur hijau di trotoar.
"Jadi Bob tadi ada di sini," Atticus mendesah. "Kita harus memeriksa kapal itu. Besok akan sudah terlambat seandainya ia disekap di dalamnya!"
Jupiter mengangguk dengan muram dan menatap Pete. "Kau tahu apa yang harus dilakukan, Dua."
Pete menelan ludah dan memandang ke atas ke arah kapal besar itu. Tambang setebal 10 cm menghubungkan sisi kapal dengan suatu gelang besi di dermaga. Pete meminta Jupe menjaga tali itu agar tidak bergoyang-goyang, lalu meludah ke kedua telapak tangannya.
Bagaikan seorang pemain akrobat sirkus, remaja atletis itu meraih tali dan mengaitkan kedua kakinya di belakang. Tanpa suara Pete bergantung di tali raksasa itu dan beringsut maju hingga mencapai sisi geladak terbawah. Sambil bergantung dengan kedua tangannya Pete memeriksa geladak, berjaga-jaga akan gerakan yang mencurigakan. Merasa aman, ia mengayunkan kakinya ke atas dan memanjat.
Matahari benar-benar menghilang ke bawah kaki langit ketika Pete menurunkan jembatan kapal. Jupiter dan Atticus bergegas menaiki kapal. Lampu-lampu jalan di sepanjang dermaga mendengung dan satu per satu menyala, memberikan cahaya yang cukup bagi para pencari itu.
Ketika mereka telah memeriksa geladak, Atticus menyuruh Pete mengambil senter di truknya. "Aku tidak mau turun tanpa lampu," bisiknya gelisah. Setelah Pete kembali dengan senter, mereka menuruni anak tangga menuju ke lantai bawah. "Seandainya aku juga membawa pemukul bisbolku!" kata Atticus. "Sepertinya ini adalah..."
"Sebuah perangkap?" suatu suara kasar memotongnya. Mereka bertiga menudungi mata dengan tangan ketika cahaya kuat sebuah senter besar menerpa. "Aku punya pistol," kata suara itu, "jadi jangan coba-coba lari. Angkat tangan dan teruslah turun. Jangan coba-coba!"
"Lakukan perintahnya, Anak-anak," kata Atticus.
Mereka berbaris dalam kegelapan lantai bawah. "Kami tidak ingin masalah, kami hanya mencari seorang teman," kata Atticus.
"Diam!" bentak suara di belakang senter. "Masuk!"
Ketiganya didorong masuk ke dalam sebuah ruangan besar dengan langit-langit sangat rendah. Beberapa jendela bundar terdapat di dinding. Lampu-lampu jalan di luar memberikan cukup penerangan untuk saling melihat. Jupiter mengingat-ingat tur yang dipimpin Cutter dan menduga bahwa mereka sekarang berada di dalam ruangan kapten.
"Jupe! Lihat!" seru Pete.
Di sudut ruangan duduklah Oscar Cutter -- pergelangan tangan dan kakinya terikat oleh tali! Peneliti itu duduk dengan mata terbelalak dan penuh ketakutan. Mereka bertiga didorong ke tempat Cutter dan diperintahkan untuk duduk.
"Aku-aku hendak menelepon dan mem-memperingatkanmu," penyelam itu tergagap, "namun penjahat ini memukulku! Aku sungguh ketakutan!"
"Diam!" suara itu membentak. "Kecuali kalau kau ingin dipukul lagi!"
Dengan cahaya lampu-lampu jalanan yang masuk Jupiter dapat melihat bahwa suara di belakang senter itu adalah Connie Bly. Perompak itu mengambil beberapa utas tali. Ia melemparkan tali-tali itu kepada Jupiter.
"Ikat teman-temanmu. Jangan ada simpul pura-pura, Gendut -- aku akan mengikatmu terakhir dan memeriksa pekerjaanmu!"
Jupiter melakukan seperti yang disuruh dan kemudian membiarkan Bly mengikat tangan dan kakinya.
"Apa yang akan kau lakukan terhadap kami?" tanya Atticus. "Apa pun itu," gertaknya, "kau tidak akan dapat kabur. Polisi sedang menuju ke sini!"
Bly menatap Atticus dengan bengis, matanya yang sehat bersinar di dalam cahaya lampu. "Kuberi tahu apa yang akan kulakukan, Pak Tua. Aku akan menyuruh kalian berjalan di atas papan, seperti yang telah kulakukan dengan detektif kecil tadi! Sekarang diam. Ingat, aku punya pistol," ancamnya, kemudian keluar.
Ketika perompak itu telah lenyap, Pete menoleh ke arah Jupiter. "Kau dengar yang dikatakannya tentang Bob?" tanyanya.
"Aku yakin ia hanya menggertak," jawab Jupiter, berusaha terdengar percaya diri sementara ia mempelajari simpul yang mengikat pergelangan tangannya.
"Jupiter benar," Atticus setuju, "ia hanyalah pencuri kelas teri, bukan seorang pembunuh."
"Aku tidak terlalu yakin," erang Oscar Cutter. "Lebih baik kita ikuti kemauannya, sehingga kita tidak perlu tahu!"
Bahkan dengan tangan terikat Jupe masih dapat mencubiti bibir bawahnya dengan penuh konsentrasi. "Aku sedang berpikir..." Ia berhenti dengan tiba-tiba, raut wajahnya yang bulat berubah aneh, nampak puas. Di luar terdengar bunyi pintu mobil ditutup.
"Berpikir apa, Pertama?" Pete berteriak. "Tolong katakan bahwa kau punya rencana!"
Namun Jupiter tetap diam sementara suara langkah-langkah kaki terdengar mendekati ruangan kapten. Connie Bly masuk ke kabin dan menyeringai buas, matanya yang sehat berbinar-binar. Ia mendapati Jupiter dan menarik kemeja anak itu dengan kasar.
"Baiklah, Gendut, bagaimana jika kau dan aku berjalan-jalan -- di atas papan pendek yang menuju ke laut!" Ia tertawa terbahak-bahak dan mulai menyeret Jupiter di sepanjang lantai.
Sekonyong-konyong semua lampu menyala, selama beberapa saat membutakan semua orang di dalam ruangan.
"Jangan ada yang bergerak!" suatu suara tegas berseru dari ambang pintu.
Jupiter berlutut dan tersentak. Ia berpaling dengan cepat ke arah Pete dan Atticus, yang juga menatap ke arah pintu dan ternganga.
Pria Berpakaian Hitam! Dan ia menggenggam sepucuk pistol! 

No comments:

Post a Comment