Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Warisan Hitchcock 07

BAB VII
HARTA TERSEMBUNYI

"Bagaimana kita bisa tahu yang kedua dari 55 jika lagu nomor 55 tidak ada?" tanya Pete putus asa.
Keempat anak itu berdiri mengelilingi mesin pemutar lagu di ruang proyektor Alfred Hitchcock, menatap tempat piringan hitam yang kosong itu dengan tidak percaya.
"Nampaknya kita telah kalah, Teman-teman," kata Ben sedih, menutup bagian depan mesin itu. "Bagaimanapun juga, usaha yang bagus. Kalian benar-benar detektif hebat, bisa sampai sejauh ini. Kalian patut mendapatkan pujian."
Orang biasa akan menyerah kalah saat itu juga. Namun Jupiter Jones sama sekali bukan orang biasa. Ia mengerutkan kening sambil menatap mesin pemutar lagu itu, merasa yakin ada yang terlewatkan. Sesuatu yang jelas. Ketika akhirnya ia mendapatkannya, ia tersenyum bangga.
"Dari raut wajah Jupe," kata Bob, menyadari senyuman Jupiter, "aku berani mengatakan Trio Detektif belum lagi kalah!"
"Kau menemukan sesuatu, Jupiter?" tanya Ben penuh harap.
"Penjahat itu tidak sepintar sangkaan mereka," kata Jupiter. "Ia mengambil piringan hitam itu ... namun sama sekali lupa akan cara kerja mesin pemutar lagu."
"Coba tolong jelaskan lagi, Pertama," keluh Pete.
Penyelidik Pertama yang gempal mengusap permukaan kaca mesin pemutar lagu, seolah-olah mengatakan bahwa Pete dan Bob -- seperti dirinya -- seharusnya bisa menemukan petunjuk itu dengan mudah. Ketika mereka hanya menatap kosong, ia mendesah. "Pencuri itu harus mengangkat bagian depan mesin ini untuk mengambil piringan hitam," Jupiter menjelaskan dengan sabar. "Saat itu ia lupa bahwa di kaca penutup ini terdapat daftar lagu ... dan nomor urutnya!"
"Tentu saja!" kata Bob. Petunjuk memang jelas setelah dijelaskan oleh Jupiter. "Tanpa daftar lagu kita hanya bisa menebak-nebak lagu apa yang dimainkan saat itu. Lagu nomor 55 ada di dalam daftar lagu ini!" Remaja ramping berkacamata itu menelusuri daftar lagu dengan jarinya sampai ia menemukan nomor 55. "Ini dia!" serunya. "'Harta Tersembunyi' oleh sebuah grup musik bernama 'Denny Lynds & The Gail Force Winds'."
"Kita harus mencari lagu itu!" perintah Jupiter. "Dengan segera!"
"Ben, apakah ada toko musik di dekat sini tempat kita dapat menemukan lagu itu?" tanya Pete.
Remaja Inggris itu berpikir sejenak. "Yang paling dekat ada di Picadilly Circus," katanya kemudian. "Kita dapat menggunakan mobilku untuk pergi ke kota!"
Pete nampak bergairah. "Akhirnya kita bisa juga melihat pemandangan!"
"Sayangnya tidak," kata Jupiter sambil menggelengkan kepala. "Kau dan Bob tinggal di sini."
"Mengapa selalu harus kau yang dapat bersenang-senang?" tanya Pete setengah bercanda.
"Karena harus ada yang mengawasi Jebediah dan Keluarga Fitchhorn," Jupiter menjelaskan. "Seseorang telah mendahului kita ke semua petunjuk ... namun kita pastilah tidak tertinggal terlalu jauh karena mereka repot-repot mengunci kita di lorong rahasia itu."
"Jupe benar," kata Bob setuju. "Tapi marilah kita berangkat bersama-sama. Lalu ketika kita sudah cukup jauh dari rumah, Pete dan aku dapat menyelinap kembali ke rumah ini. Mungkin si pencuri akan beraksi ketika ia menyangka kita sedang pergi."
"Ide yang bagus, Data," kata Jupiter. "Mari kita umumkan bahwa kita akan pergi melihat-lihat di kota dan tidak akan ada di sini selama beberapa jam."
Anak-anak meninggalkan ruang proyektor dan berbaris menuruni tangga. Di bawah mereka bertemu dengan Patricia.
"Aku mencari-cari kalian, Anak-anak!" katanya. "Ada kemajuan dengan teka-teki itu?"
"Sayangnya tidak," kata Jupiter kuat, mengedipkan mata ke arah Patricia. "Kami menghadapi jalan buntu, maka kami memutuskan untuk pergi ke London, melihat-lihat atraksi turis di sana."
Putri Alfred Hitchcock itu dengan segera mengerti dan membalas kedipan Jupiter.
"Wah, sayang sekali," katanya. "Mungkin sedikit udara segar bisa menjernihkan pikiran kalian dan nanti bisa ada kemajuan dalam teka-teki ayahku."
Anak-anak mengenakan jaket mereka dan berjalan menuju pintu. "Kami akan naik mobilku, Bibi Patty," Ben berseru sambil menoleh ke belakang. "Kami akan berusaha kembali sebelum makan malam!"
"Bersenang-senanglah, Anak-anak!" seru wanita itu di belakang mereka. "Dan hati-hati di jalan, Benjamin!"
Mobil Ben adalah sebuah Silver Cloud yang mulus, dengan atap yang bisa dibuka dan empat tempat duduk. Pete bersiul sambil mengusap-usap kap mesinnya yang mengkilap.
"Kau yakin Bob dan aku tidak dapat ikut?" pintanya memelas.
Jupiter menyeringai. "Begitulah. Tapi aku berjanji Ben dan aku akan bersenang-senang demi kalian berdua."
"Lucu sekali!" kata Pete mencibir.
"Jangan lupa bahwa kalian sedang menangani sebuah kasus!" tambah Bob sambil masuk ke dalam mobil sport itu.
Mobil itu meraung hidup dan anak-anak memasang sabuk pengaman mereka. "Mari kita pergi!" seru Ben. Dan dengan sedikit tanah berhamburan mobil itu meluncur ke jalan.
Ketika mereka sudah di luar jangkauan penglihatan dari Puri Hitchcock, Ben menghentikan Silver Cloud itu di tepi jalan.
"Ada jalan setapak melintasi hutan di sana itu yang digunakan para pemburu musim berburu," ia memberi petunjuk kepada Bob dan Pete sementara mereka keluar dari jok belakang mobil. "Berjalanlah di sebelah kanan dan jalan itu akan membawa kalian kembali ke rumah. Dari situ kalian bisa menggunakan pintu masuk Abernathy untuk menyelinap masuk."
"Satu dari kalian mengamati Jebediah sementara yang satunya mengawasi Keluarga Fitchhorn," usul Jupiter. "Dan hati-hati," tambahnya.
"Dan kalian jangan sampai terlalu banyak bersenang-senang," tukas Pete.
Dan Silver Cloud pun meluncur menjauh, meninggalkan kedua detektif itu di tepi jalan.
"Sungguh menguntungkan menjadi Penyelidik Pertama!" protes Pete.
Bob tersenyum dan menepuk punggung temannya. "Ayo," katanya, "mulai berjalan."
Rumah nampak sepi ketika Bob dan Pete tiba. Dengan hati-hati mereka mengamati halaman belakang untuk memastikan tidak ada orang yang melihat.
Pete mendesis, "Lihat!"
Jebediah O'Connell sedang berkeliaran di halaman, mencungkil beberapa batu taman dengan tongkatnya dan melihat ke baliknya. Lelaki berkumis lebat dan bertopi aneh itu meletakkan tangannya di atas sebuah jam matahari dan membungkuk untuk mengamati sesuatu di tanah.
"Kira-kira apa yang dicarinya?" bisik Bob.
"Kau tinggal saja di sini dan mencari tahu," kata Pete. "Aku akan mencari Fitchhorn."
"Tidak akan terlalu sulit," Bob menyeringai. "Ikuti saja suara pertengkaran!"
"Terima kasih atas petunjuknya," gumam Pete. "Sampai ketemu nanti." Penyelidik Kedua menunggu sampai Jebediah membelakanginya, kemudian berlari menuju pintu masuk pelayan di bagian belakang rumah.
Bob memandangi temannya masuk ke dalam dan kemudian berusaha mencari posisi yang nyaman di balik sebatang pohon yang telah tumbang, mengawasi dan menunggu tindakan si licik Jebediah O'Connell selanjutnya.
Di dalam rumah Pete bergerak seperti sesosok bayang-bayang. Ia menyelinap dari satu ruangan ke ruangan yang lain, setiap beberapa saat berdiam diri untuk mendengarkan.
Rumah itu terasa terlalu sunyi.
Ia mulai bertanya-tanya jika Keluarga Fitchhorn telah pergi ketika bunyi sebuah pintu berderit di engselnya membuatnya menahan nafas dan ototnya menegang.
Pete mengambil kesimpulan bahwa suara itu berasal dari ruangan kecil di dekat dapur yang digunakan untuk menyimpan bahan makanan kering dan kalengan. Ia berjingkat menuju dapur dan memandang sekilas.
Pintu menuju tempat penyimpanan anggur terbuka!
Pete menggigit bibir dan memandang berkeliling. Di manakah Bob saat dibutuhkan? Remaja kekar itu ragu-ragu sejenak dan kemudian beringsut menuju pintu dan mendengarkan lagi.
Ia merasa mendengar seseorang bergerak di bawah sana namun tidak yakin. Setelah menarik nafas panjang, Pete menyelinap menuruni tangga batu yang dingin. Bau udara yang lembab dan sumpek menghantamnya, membuatnya mengerutkan hidung.
Ada sebuah bola lampu yang menyala di bawah tangga namun bagian lagi ruang bawah tanah itu diselimuti bayang-bayang gelap yang membuat bulu kuduk Pete berdiri. Pipa-pipa dalam berbagai ukuran bersimpang siur di langit-langit dan batu-batu tua serta semen tersusun membentuk dinding. Ia mulai berpikir untuk kembali dan menemui Bob ketika terdengar lagi bunyi pintu berderit yang membuatnya terpaku.
Ada seseorang di bawah sana!
Pete Crenshaw mengumpulkan segala keberaniannya dan memaksa diri menyusuri rak-rak berdebu yang dipenuhi toples-toples acar dan botol-botol anggur milik Puri Hitchcock yang tak terhingga jumlahnya. Sebuah pintu kayu yang memudar dimakan usia berdiri di ujung ruangan. Pete menelan ludah dan dengan hati-hati mendekatinya.
Sebuah sarang laba-laba menyapu mukanya dan hampir saja ia terpekik kaget. Remaja jangkung itu kemudian mendengar bunyi gemeletuk dan menyadari bahwa ia membayangkan suara giginya sendiri beradu. Ia merapatkan rahang dan berusaha memikirkan tindakan yang akan diambil Jupiter Jones dalam situasi seperti ini.
Pete ragu-ragu sejenak di depan pintu yang terbuka itu, sekali lagi berhenti untuk mendengarkan. Terdengar suara air menetes di suatu tempat di dalam kegelapan. Sambil berusaha melihat ke dalam bayang-bayang, ia berjalan dengan lambat melalui ambang pintu. Hanya tiga anak tangga yang dapat dilihatnya, turun menuju sebuah ruangan kecil. Pete berdiam diri di atas tangga dan menunggu ... satu-satunya suara yang terdengar adalah debar jantungnya.
Tiba-tiba ada tangan yang mendorong punggungnya dengan kasar dan sambil terpekik Pete terjatuh dengan kepala dahulu ke dalam kegelapan!
Penyelidik Kedua yang atletis itu bangga akan kecekatannya dan ia berusaha mengendalikan jatuhnya -- mendarat di lantai batu yang aus sambil membalikkan badan untuk melihat si penyerang.
Tapi yang dilihatnya membuat darahnya seolah-olah kering!
Tepat sebelum pintu tua itu terbanting tertutup dan membuatnya berada di dalam kegelapan total, Pete Crenshaw sempat melihat seorang wanita bergaun Victoria yang menggenggam tali melingkar di tangan!
Next Chapter

No comments:

Post a Comment