Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Cakar Perunggu 14

BAB XIV
BOB DALAM BAHAYA!

Setelah Jupiter dan Pete memanjat naik ke dalam kabin truk Paman Atticus, Jupe meminta pamannya pergi ke pameran Seruling Belanda.
"Di sanalah Data seharusnya berada. Jika ia mendapat kesulitan, mungkin ia meninggalkan petunjuk bagi kita di sana."
Matahari mulai menghilang di bawah kaki langit dan langit berona campuran biru, jingga, dan ungu. Sementara pamannya mengemudikan kendaraan tua itu sepanjang jalan pantai, Jupiter menyaksikan kabut bergumpal-gumpal di atas ombak yang memecah di pantai. Ia mencubiti bibirnya, cemas akan bahaya yang mungkin mengancam Bob.

***

Ketika Bob Andrews diseret menuruni tangga di bekas pos pemadam kebakaran, ia berhasil mengeluarkan kapur hijau dari saku depan celananya. Dalam kegelapan yang mencekam Si Janggut Hitam tidak dapat melihat garis hijau panjang yang ditinggalkan Bob di lantai sementara ia diseret ke pintu belakang yang beberapa saat lalu dimasuki Cutter.
Bajak laut itu menoleh dan menatap Bob dengan matanya yang tidak tertutup sambil mengikat pergelangan tangan dan kaki anak itu dengan pita perekat barang. "Kau harus tutup mulut kalau kau ingin tetap sehat. Siapa tahu aku akan menjadikanmu budak dan tidak melemparkanmu ke ikan-ikan hiu!"
Bob menelan ludah dan mengangguk ke arah bajak laut itu. Ketika potongan pita perekat yang tebal direkatkan di mulutnya, anak bertubuh kecil itu tiba-tiba menyadari bahwa dalam dua kesempatan Trio Detektif melihat Connie Bly, orang itu selalu mengenakan penutup mata. Dugaan Bob tentang identitas asli perompak itu terbukti benar ketika Si Janggut Hitam mengangkat Bob dalam jalanya dan melemparkannya ke bagian belakang sebuah mobil kecil berwarna putih, menutupkan selimut tebal di atasnya. Jadi Connie Bly ada di balik semua ini!
Tidak sulit bagi Bob untuk membayangkan perompak itu terlibat dalam suatu kejahatan. Ia menduga Bly adalah seorang pencuri profesional yang disewa oleh seseorang yang berminat akan bajak laut atau kapal karam.
Sementara mobil kecil itu berjalan, Bob meraba-raba lantai di sekitarnya dengan jari-jarinya, mencari-cari sesuatu yang dapat digunakan untuk memotong pita perekat di pergelangan tangan dan kakinya. Jemarinya menyentuh sesuatu yang keras dan dingin. Setelah meraba-raba permukaan yang kasar dengan jarinya, Bob tiba-tiba menyadari benda yang disentuhnya -- Cakar Perunggu! Hatinya melonjak namun hanya untuk sesaat. Cakar itu tidak berguna untuk membebaskan tangan dan kakinya. Ia melanjutkan mencari-cari. Tangannya meraba beberapa lembar kertas dan secara naluriah memasukkannya ke dalam saku, bisa jadi kertas-kertas itu berisi nama atau alamat orang yang mempekerjakan Bly!
Ketika pencariannya sia-sia, Bob menggambar sebuah tanda tanya kasar di lantai dengan kapurnya, lalu menyibukkan diri dengan berusaha menyingkirkan selimut di atasnya, cukup untuk memungkinkannya melihat keluar melalui kaca belakang.
Baru saja ia berhasil, mobil itu berhenti. Melalui kaca yang gelap Bob dapat melihat tiang layar kapal yang menjulang tinggi dengan matahari terbenam di latar belakangnya. Bly telah membawahnya ke Seruling Belanda! Tapi mengapa?
Kemudian Bob mendengar pintu mobil ditutup dan kesunyian yang cukup lama. Sepuluh menit berlalu. Ia mulai berpikir bahwa Bly telah meninggalkannya ketika bajak laut besar itu kembali dan membuka pintu belakang.
Bajak laut itu mendesis tajam di telinga Bob. "Jangan bergerak sedikit pun -- jangan bersuara atau kau akan menjadi umpan ikan hiu! Anggukkan kepalamu jika mengerti."
Bob mengangguk.
"Bagus. Ingat, jangan bersuara sedikit pun."
Perompak itu membungkus Bob dengan selimut, mengangkatnya, dan memanggulnya. Kini Bob dapat mencium bau air laut yang asin dan mendengar deburan ombak. Ia terlonjak-lonjak sementara Bly berjalan cepat menuju pintu masuk kapal. Bob berusaha mengingat-ingat tata letak kapal besar itu dan segera menduga bahwa ia sedang dibawa ke bawah geladak.
Bly berhenti mendadak dan Bob mendengar sebuah pintu dibuka. Pencuri itu menjatuhkannya bagaikan sekantung kentang ke atas sebuah ranjang dan menyingkirkan selimut dan jala.
"Jangan macam-macam," geramnya. "Kau tahu apa yang akan terjadi..." ejeknya, menggerakkan jari di depan leher lagi.
Bob mengangguk sekali lagi, lalu, setelah Bly pergi, menggunakan jari-jarinya untuk melepaskan pita perekat di mulutnya, menimbulkan rasa nyeri. Pada saat itu Bob teringat akan pisaunya. Tentu saja! Ia ingin menendang dirinya sendiri! Ia tidak pernah pergi ke mana pun tanpa pisau lipatnya. Ia begitu panik sehingga melupakan pisau itu!
Bob menggerakkan tangannya yang terikat ke saku depannya. Ia bersyukur Bly tidak repot-repot menggeledahnya. Jari-jarinya menyentuh pisau kecil itu. Pisau itu terlepas dari tangannya yang berkeringat. Dengan berkonsentrasi penuh Bob meraih ke dalam sakunya dan akhirnya berhasil mengeluarkan pisau itu. Dengan ujung-ujung jarinya anak bertubuh kecil itu membuka mata pisau dan dengan hati-hati mulai memotong pita perekat yang mengikat tangannya.
Setelah beberapa menit tangannya bebas. Dengan cepat ia memotong ikatan pergelangan kakinya, lalu mengamati sekeliling. Ia dikurung di sebuah kabin penumpang di lantai bawah kapal. Hanya ada sebuah pintu dan tidak ada jendela kecuali jendela bundar di pintu.
Bob memeriksa pintu itu. Engsel-engselnya terlalu besar untuk dicongkel dengan pisau lipat kecilnya -- namun jendela bundarnya nampak cukup besar bagi seorang anak bertubuh kecil untuk menyusup keluar! Dengan menggunakan mata pisau petugas Catatan dan Riset mulai mencopoti baut-baut jendela.
Pekerjaan itu memakan waktu lama. Keringat menetes dari keningnya sementara ia dengan penuh semangat mulai membuka baut terakhir. Sekonyong-konyong ia mendengar suara! Siapa lawan bicara Bly? Oscar Cutter? Apakah mereka bekerja sama? Ataukah itu Pria Berpakaian Hitam -- atau Gaspar St. Vincent?
Bob menempelkan daun telinganya ke kaca, berusaha mendengar perkataan mereka. Tidak ada gunanya, mereka terlalu jauh. Kemudian ia mendengar langkah-langkah kaki mendekat. Bob melemparkan dirinya ke ranjang, menjatuhkan kapur dan pisaunya ke dalam saku, dan menempelkan potongan pita perekat kembali di mulut, tangan, dan kakinya.
Ia hanya dapat berharap Bly tidak menyadari bahwa baut-baut di jendela telah dicopot dan ikatannya telah dipotong! Perompak berwajah bengis itu masuk ke ruangan dan mengangkat Bob di bahunya. "Layanan kamar," ejeknya. "Saatnya memindahkanmu ke tempat baru. Tidak sebesar ini namun ingat, jika kau berkelakuan baik, kau mungkin bisa hidup cukup lama untuk bercerita tentang semua ini!" 

No comments:

Post a Comment