Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Warisan Hitchcock 12

BAB XII
RENCANA JUPITER

Trio Detektif mengikuti jalan batu yang menuju ke kediaman Abernathy namun sebelum mereka mencapai pintu depan, Jupiter berhenti mendadak.
"Wah," katanya, "apa ini?"
Remaja gempal itu menunduk dan memungut sepotong kain putih.
"Saputangan!" kata Bob.
Jupiter membolak-balik benda itu di tangannya dan mengamatinya dengan cermat. "Saputangan berinisial," katanya, menunjukkan benda itu untuk diamati Pete dan Bob. Dengan jelas mereka dapat melihat sulaman rapi membentuk huruf "S. F."
"Stella Fitchhorn!" kata Pete menatapnya.
Namun Jupiter menggeleng. "Jejak kaki itu terlalu besar," ia mengingatkan teman-temannya. "Kalian ingat, dia sangat mungil dan jejak kaki itu lebih besar daripada milikku."
"Mr. Fitchhorn?" tanya Bob.
Jupiter mencubiti bibir bawahnya dan terdiam sejenak. "Mungkin saja," hanya itu yang dikatakannya. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Penyelidik Pertama berpaling dengan mendadak dan berlari kecil menuju ke pintu belakang Puri Hitchcock, meninggalkan Bob dan Pete yang saling berpandangan sambil terbengong-bengong.
Ketika mereka akhirnya menemukannya di kamar atas, Jupiter sedang terburu-buru memasang film ke kamera foto yang dibawanya di dalam koper.
"Aku harus meminta Ben mengantarkanku ke London lagi hari ini," katanya.
"Kau punya suatu rencana," tebak Bob.
"Benar. Tapi tidak ada waktu untuk menjelaskan. Ikuti saja permainanku. Ben dan aku akan berangkat setelah sarapan. Mudah-mudahan kami akan sudah kembali sebelum malam tiba."
Bob dan Pete telah terbiasa akan Jupiter Jones yang suka berahasia ketika mendapat ide atau rencana. Memang demikianlah cara kerja anak itu. Jupe sama sekali tidak suka jika terbukti salah akan apapun, maka seringkali ia menutup mulut hingga ia yakin benar. Orang lain yang tidak terlalu mengenalnya mungkin saja akan tersinggung dengan sikapnya itu.
"Dan apa yang harus Bob dan aku lakukan sepanjang hari?" tanya Pete. "Biar kuberi tahu satu hal ini -- aku tidak akan mendekati ruang bawah tanah itu! Setahuku tempat itu adalah tempat berkumpulnya monster-monster London!"
"Jangan jauh-jauh dari Patricia," perintah Jupiter. "Menurutku tidak akan terjadi apa-apa padanya namun lebih baik tidak mengambil resiko. Dan awasi Sepupu Jeb, Keluarga Fitchhorn, dan Abernathy. Saat ini mereka semua adalah tersangka!"
Jupiter menutup bagian belakang kameranya dan memutar film sambil menuruni tangga.

*****

Dapur bermandikan cahaya matahari dan penuh kesibukan. Patricia, yang mengenakan mantel kamar dan sandal, sedang menuangkan kopi untuk sepupunya Jebediah sementara Julia menyendokkan tumpukan telur ke atas piring Keluarga Fitchhorn. Winston memasuki ruangan sambil mengepit koran pagi. Ia membuka lipatan koran itu dan meletakkannya di hadapan Timothy Fitchhorn, kemudian berpaling ke arah anak-anak.
"Selamat pagi, Tuan-tuan," katanya mengembangkan senyum. "Mau tidak mau saya mendengar kesibukan di depan pintu depan saya tadi pagi -- mudah-mudahan semua beres?"
Bob dan Pete dengan cepat menyadari bahwa Penyelidik Pertama telah kembali berakting. Jupiter pernah menjadi seorang aktor ketika ia masih sangat kecil dalam sebuah acara televisi berjudul "Berandal Cilik" dan ia memerankan seorang tokoh yang dikenal dengan julukan "Baby Fatso." Ketika itu ia adalah seorang aktor yang berbakat dan hingga kini ia masih bisa berakting dengan bagus -- jika ia mau. Ketika memasuki dapur, ia membiarkan bahunya menggantung dan wajahnya menatap kosong, secara efektif memberi kesan bahwa ia adalah seorang anak yang terbelakang.
Jupiter memandang kepala pelayan itu dengan tatapan bodoh. "Oh, maaf jika kami membangunkanmu," ia menguap, duduk di meja makan. "Kami kira hantu itu lagi namun ternyata hanya Pete yang berjalan dalam tidurnya."
"Huh?" kata Pete. Namun sebelum ia dapat berkata apa-apa lagi, Penyelidik Kedua yang langsing itu merasa pergelangan kakinya ditendang dengan keras oleh Jupiter di bawah meja. "Aduh! Oh, ya, kadang-kadang aku memang begitu," katanya malu-malu.
"Wah," kata Jebediah, menyapu remah-remah dari kumisnya yang jarang-jarang, "jangan terlalu yakin, Teman-teman. Molly Tua itu adalah hantu yang pintar." Ia menuding Jupiter dengan tongkatnya. "Kau tidak ingin berkeliaran di sekitar rumah setelah gelap -- kuperingatkan kau sekarang!"
"Aku tidak tahu soal Pete," kata Patricia, "namun aku tidur seperti seekor beruang untuk pertama kalinya setelah berhari-hari!"
"Ben," kata Jupiter sedih, "sekarang semua itu tidak ada artinya lagi. Sepertinya kami telah datang jauh-jauh tanpa guna. Kita tidak dapat memecahkan sandi terakhir dari mesin pemutar lagu itu. Kurasa sekarang kita melihat-lihat saja dan mengambil beberapa gambar. Sayang sekali Bob tidak enak badan dan tidak dapat ikut dengan kita."
Giliran Bob yang menerima tendangan di bawah meja. Ia berdehem dan berusaha nampak sakit. "Oh, ya. Pasti akibat udara dingin ini," ia terbatuk. "Sepertinya aku harus tinggal di sini."
Patricia nampak cemas. "Sebaiknya kau beristirahat, Bob. Besok adalah hari terakhirmu di sini dan kau tidak ingin sakit selama perjalanan pulang ke Amerika, sungguh tidak nyaman."
Di seberang meja Timothy Fitchhorn tersedak dan bergegas berdiri, menumpahkan kopinya di atas koran pagi.
"Oh, sialan!" umpatnya. "Aku membuatnya berantakan. Winston, sekali ini saja buatlah dirimu berguna dan bantu aku membersihkan ini!"
"Tentu saja, sir," kata kepala pelayan itu dengan sabar.
Pete dan Bob memandang pria gemuk dan kepala pelayan itu sambil tersenyum namun ketika Bob menoleh ke arah Jupiter, ia melihat temannya itu menatap dengan serius. Jupe berpaling ke arahnya dan bergegas mengalihkan pandangan, mengangguk ke arah koran. Bob mengerti dengan segera dan diam-diam balas mengangguk.
"Kurasa aku lebih baik beristirahat sekarang," kata remaja bertubuh kecil itu, berdiri dari kursinya dan menepuk bahu Pete. "Kau sungguh baik, Pete, suka rela menemani aku."
"Tentu saja," jawab Pete, sedikit kebingungan. "Hanya itu yang bisa kulakukan, Sahabatku."
Kedua penyelidik itu permisi dari meja makan dan menuju ke lantai atas.
Sementara itu Jupiter telah menyiapkan kameranya yang dilengkapi dengan lampu kilat. Ia dengan cepat mengambil gambar Winston dan Timothy Fitchhorn, yang terlalu sibuk membersihkan meja dan tidak menyadarinya. Selanjutnya ia berpaling ke arah Patricia dan mengambil gambarnya. Wanita itu mengangkat tangan menutupi wajahnya dan tertawa.
"Jupiter Jones! Aku bahkan belum sempat berdandan!"
"Tidak apa-apa," kata remaja itu tersenyum, memutar film. "Saya hanya perlu menghabiskan sisa film ini sehingga nanti saya bisa memasang yang baru ketika berjalan-jalan dengan Ben." Ia berpaling dan mengambil gambar Ben, yang menampilkan wajah kocak.
"Bagus sekali!" seru Jupiter. Ia memutar film dan mengambil gambar Sepupu Jebediah dan Stella Fitchhorn. Mrs. Fitchhorn nampak terkejut dan Jebediah menatap marah.
"Aku tidak suka difoto, Nak!" gerutunya.
"Maaf, sir," kata Jupiter, berdiri dari kursinya. "Nah, Ben, sebaiknya kita pergi sekarang jika kita ingin melihat semua yang sudah kurencanakan. Kurasa kita mulai dengan Big Ben, lalu menuju ke Menara London. Aku juga ingin melihat kediaman Arthur Conan Doyle bila waktu mengizinkan."
Sambil berjalan di koridor ia terus-menerus mengoceh, seolah-olah benar-benar bersemangat akan perjalanan wisata ini.
"Ingat, Anak-anak," kata Patricia, "kalian harus mengenakan sabuk pengaman!"
"Tentu, Bibi Patty," kata Ben sambil mengenakan jaketnya. Ia tidak sempat berkata apa-apa lagi karena Jupiter telah berada di luar dan melompat masuk ke Silver Cloud yang berkilauan.
"Wah, mengapa terburu-buru sekali?" tanyanya. "Banyak waktu untuk melihat semuanya."
"Kita bukan pergi berwisata," kata Jupiter menjelaskan. "Itu hanyalah alasan untuk pergi dari rumah."
Ia mengangkat kameranya dan mengambil gambar Ben sekali lagi. "Inilah alasan yang sebenarnya. Kita harus mencuci film ini dan mencetaknya ... secepatnya!"
Next Chapter

No comments:

Post a Comment