Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Warisan Hitchcock 03

BAB III
LANGKAHI H2O

Limat menit sebelum waktu yang telah ditentukan Worthington mengemudikan Rolls Royce melewati jalan masuk dengan batu bata sebagai pembatasnya, menuju sebuah rumah sederhana dengan gaya peternakan. Tanaman yang terawat rapi mengelilingi rumah itu dan pohon-pohon pisang berdaun lebat serta bunga mawar menghiasi bagian tengah jalan masuk yang melingkar.
"Wah, jelas tidak seperti yang kubayangkan," kata Pete. "Kubayangkan Mr. Hitchcock tinggal di suatu tempat yang lebih misterius."
Jupiter setuju dengannya. "Kuakui bukan tempat seperti ini yang dalam benakku akan dipilih oleh seorang raja kengerian sebagai tempat tinggal. Sepertinya di luar studio ia hidup normal seperti orang-orang lain."
Trio Detektif keluar dari mobil dan membunyikan bel rumah yang dulu ditinggali Alfred Hitchcock. Pintu dibuka dengan segera oleh seorang wanita separuh baya yang masih nampak cantik dan, cukup mengejutkan bagi anak-anak itu, sangat mirip dengan sang sutradara. Wanita itu mengenakan baju sederhana bermotif bunga dan seuntai kalung mutiara dan matanya yang berwarna biru terang nampak semakin terang sebagai efek dari rambut merahnya yang tertata rapi.
"Miss Hitchcock kalau saya tidak salah?" kata Jupiter.
"Tepatnya Mrs. O'Connell sekarang," kata wanita itu sambil tersenyum hangat. "Tapi kalian boleh memanggilku Patricia. Dan kau pastilah Jupiter, Pete, dan Bob. Ayah sering membicarakan kalian ... sungguh menyenangkan akhirnya kita dapat bertatap muka. Silakan masuk."
Anak-anak berterima kasih dan masuk ke sebuah ruangan bercahaya remang-remang yang begitu penuh dengan foto sehingga mereka hampir-hampir tidak dapat melihat dindingnya. Ada foto-foto Alfred Hitchcock di lokasi pengambilan film, foto-foto keluarganya, foto-fotonya bersama para bintang film. Bahkan ada foto Mr. Hitchcock yang masih sangat muda berjabatan tangan dengan Stephen Terrill, seorang aktor dari era film bisu yang pernah ditemui anak-anak ketika mereka mengungkap Misteri Puri Setan! Sebagian besar dari foto-foto berbingkai itu dibubuhi tanda tangan dengan beberapa kalimat terima kasih kepada sang sutradara besar.
"Ayah begitu mencintai film," kata Patricia dengan bangga. "Itulah seluruh hidupnya. Ia tidak pernah nampak lebih bergairah daripada ketika ia sedang menakut-nakuti orang dengan salah satu filmnya." Ia memandang dinding penuh foto itu dengan sedih selama beberapa saat, kemudian menggeleng. "Sungguh berat bagi kami sejak kepergiannya. Dan kini dengan teka-teki yang ditulisnya di surat wasiat ... tidak seorang pun dapat berpikir jernih di tengah segala kesibukan untuk pemakamannya. Terus terang, aku tidak tahu apa yang Ayah coba katakan. Aku sungguh berharap kalian dapat menolong."
"Sudah pasti kami akan berusaha semampu kami, ma'am," kata Jupiter meyakinkan. "Jika Anda tidak keberatan, kami ingin segera mulai."
"Tentu saja, Anak-anak," wanita itu tersenyum. "Kalian punya salinan surat wasiat itu?"
Jupiter mengangguk. "Bob telah menyalin bagian yang kami perlukan," katanya. "Mari kita lihat apa bunyinya, Data."
Bob mengeluarkan buku catatannya dari saku belakang dan membalik-balik halaman sampai menemukan pesan misterius itu. Mereka semua membacanya dengan cermat.
"Article 33: Skip the H20 and within my estate you’ll find the Crate that leads you to the paddy wagon. Follow the clues and pay your dues and the 2nd of 55 will reward you."
"Benda 33: langkahi H2O dan di dalam tanah milikku kau akan menemukan peti yang akan membawamu ke gerobak bergembok. Ikuti petunjuk, lakukan kewajibanmu, dan yang kedua dari 55 akan memberimu penghargaan."
"Demi belalang!" seru Pete. "Sepertinya setiap kali kubaca, semakin aneh!"
"Menurutku kita bisa mengasumsikan dengan aman bahwa pikiran Mr. Hitchcock masih normal menjelang kepergiannya," kata Jupiter. "Seandainya ini hanyalah igauan seseorang yang tidak waras lagi, ia cukup mengatakannya saja. Tapi bersusah payah menuliskannya di dalam surat wasiat ... ia pasti punya suatu permainan dalam pikirannya."
"Memang seperti Ayah," kata Patricia. Ia duduk di sofa dan mengusap keningnya seolah-olah merasa pening. "Memang hal seperti inilah yang kuduga akan dilakukannya. Pasti sekarang ia sedang tertawa di dalam kuburnya menyaksikan kebingungan kita."
"Langkahi H2O," kata Jupiter kepada dirinya sendiri. "H2O adalah air tapi aku tidak yakin apa maksudnya di sini. Bagaimanapun, 'di dalam tanah milikku kau akan menemukan peti' nampak cukup jelas. Maksudnya 'di rumahku kau akan menemukan sebuah kotak.' Meskipun kita masih harus memikirkan apa yang dimaksud dengan 'gerobak bergembok' dalam teka-teki ini."
"Apa itu gerobak bergembok?" tanya Pete.
Sebuah suara dengan aksen Inggris yang jelas berbicara dari ujung ruangan. "Itu adalah sebuah istilah kuno untuk sebuah kendaraan berterali yang digunakan polisi untuk membawa para tahanan." Anak-anak menoleh dan melihat seorang anak lelaki yang tinggi dan berambut hitam, kira-kira berumur tujuh belas tahun, masuk ke dalam ruangan.
Patricia berdiri dan memeluk remaja itu. "Benjamin!" katanya. "Aku sungguh gembira kau datang. Anak-anak, ini keponakanku Benjamin Hitchcock. Ia datang jauh-jauh dari Inggris untuk menghadiri pemakaman kakeknya."
"Apa kabar?" katanya sopan. "Panggil saja Ben. Sekarang ... apa maksudnya semua ini?"
Jupiter berdiri tegak dan nampak sangat serius -- seperti yang selalu dilakukannya jika ia ingin dianggap serius. "Kami telah disewa oleh bibimu untuk mengungkap sebuah teka-teki yang ditinggalkan kakekmu di dalam surat wasiatnya," ia menjelaskan dengan sikapnya yang paling profesional.
"Disewa?" kata Ben. "Aku kurang mengerti maksudmu."
Jupiter mengeluarkan sebuah kartu nama berukuran besar yang dicetaknya menggunakan mesin cetak tua yang ada di pangkalan. Anak-anak tidak pernah bepergian tanpa membawa kartu nama itu. Bunyinya:
TRIO DETEKTIF
                 "Kami Menyelidiki Apa Saja"
                            ? ? ?

          Penyelidik Pertama...........Jupiter Jones
          Penyelidik Kedua............Peter Crenshaw
          Catatan dan Riset..............Bob Andrews
Beb Hitchcock mengamati kartu nama itu, membolak-baliknya di tangannya. "Bolehkah aku bertanya apa maksud ketiga tanda tanya ini?" tanyanya.
Pete dan Bob saling menyeringai. Semua orang pasti bertanya apa maksud tanda tanya itu. Itu adalah ide Jupe untuk membantu orang-orang mengingat nama Trio Detektif.
"Ketiga tanda tanya itu mewakili misteri yang tak terpecahkan, pertanyaan yang tak terjawab, dan keanehan apapun," kata Jupiter Jones, "yang kami berusaha selesaikan. Karena itu, tanda tanya adalah lambang kami. Seperti kau lihat, semboyan kami adalah 'Kami Menyelidiki Apa Saja.' Saat ini kami sedang menyelidiki sebuah paragraf misterius di dalam surat wasiat kakekmu. Ini dia ...." Ia menyerahkan buku catatan Bob kepada Ben, yang membacanya sambil berkerut.
"Wah! Apa pula maksudnya ini?" serunya. "Nampaknya sama sekali tak bermakna!"
"Mungkin kau bisa membantu kami mengetahui maknanya, Ben," kata Jupiter. "Seperti yang kukatakan tadi, baris pertama nampak cukup jelas ... selain bagian 'langkahi H2O'. Pasti ada semacam kotak atau peti yang tersembunyi di rumah ini atau di halaman. Kemungkinan sesuatu yang mengambang."
"Wah, Jupe," kata Bob, "itu tidak terlalu spesifik. Bagaimana kita tahu kalau kita telah menemukannya?"
Jupe mencubiti bibir bawahnya dengan ibu jari dan telunjuknya -- suatu kebiasaannya yang menandakan ia sedang menyuruh otaknya bekerja keras. "Dugaanku itu pastilah sebuah kotak khusus, sesuatu yang nampak janggal dibandingkan bagian rumah ini yang lain. Patricia, apakah Anda tahu adanya kotak yang mungkin dimaksud dalam teka-teki ini?"
"Maaf, Jupiter," katanya menggeleng. "Aku tidak yakin apa saja yang diletakkan ayahku di sekitar rumah ini. Mungkin kita akan tahu saat kita melihatnya."
"Saya rasa demikian," kata Jupiter setuju. "Bagaimanapun, mari kita berpencar dan mulai mencari. Pete dan Ben, kalian mencari di lantai ini. Bob dan Patricia, kalian mencari di lantai bawah. Aku akan mencari di luar dan di garasi. Kalau kalian melihat sesuatu yang nampak seperti peti yang kita cari, bawalah masuk ke ruang tamu dan letakkan di atas meja. Kita bertemu lagi di sini dalam sejam."
Maka regu pencari pun berpencar. Mereka mencari di bawah bantal-bantal, di belakang foto-foto, di lemari-lemari. Bob dan Patricia menurunkan buku-buku dari raknya dan menggeledah laci-laci meja. Pete dan Ben mencari di setiap jengkal lantai, bahkan mengintip ke dalam perapian dan di loteng kecil yang berfungsi sebagai gudang. Akhirnya satu jam telah berlalu dan mereka berkumpul kembali di ruang tamu. Jupiter masuk melalui pintu sorong, nampak kecewa dan kotor, dan jelas-jelas kesal karena tidak ada kotak apapun di atas meja.
"Aku mencari di seluruh halaman dan di garasi," katanya tersengal-sengal, menjatuhkan diri di sofa. "Jika memang ada kotak di luar sana, pastilah terkubur di bawah tanah." Kegiatan fisik bukanlah pilihan utama Jupiter. Remaja gempal itu lebih memilih mengasah otaknya daripada badannya.
"Waduh!" seru Pete. "Kau kan tidak berpikir Mr. Hitchcock benar-benar mengubur harta di halaman luar sana, Pertama?"
Jupiter menggenggam buku catatan yang berisi pesan aneh itu di depan badannya dan berdiri, berjalan mondar-mandir. "Tidak," katanya kemudian, "sepertinya tidak tersirat apapun tentang sesuatu yang terkubur."
"Mungkin bagian 'langkahi H2O' adalah petunjuk di mana kita akan menemukan kotak itu," usul Bob.
"Deduksi yang bagus sekali, Data," kata Jupiter tegas -- ia sendiri baru hendak mengatakan hal yang sama. "Kurasa kita harus memecahkan bagian itu dahulu sebelum melanjutkan."
"Mungkin maksudnya melangkahi sebongkah batu," usul Ben. "Kalian tahu, seperti yang ada di kolam."
"Yah," kata Pete. "Kolam adalah H2O! Apakah ada semacam kolam di sini, Patricia?"
"Setahuku tidak," katanya. "Meskipun di belakang rumah ini ada sebuah lapangan golf. Pasti ada semacam kolam penghalang di sana ... meskipun demikian aku tidak pernah tahu Ayah bermain golf atau olahraga lainnya, jadi sepertinya tidak mungkin."
Jupiter setuju dengannya. "Tidak, aku yakin maksudnya pasti sesuatu yang berkenaan dengan air di tanah miliknya." Ia mulai berjalan mondar-mandir lagi dan ruangan itu menjadi hening sementara mereka masing-masing berusaha menduga apa yang dimaksud dengan 'langkahi H2O'.
Sekonyong-konyong mata Jupiter berbinar-binar dan ia menepuk dahinya sendiri dengan telapak tangan. "Tentu saja!" serunya. "Patricia, apakah ayah Anda memiliki tanah lagi selain rumah ini? Lebih khusus lagi, apakah ia memiliki tempat tinggal di sebuah negara lain?"
Patricia berpikir sejenak namun kemudian Ben berseru. "Ya ampun! Paman Alfred memiliki sebuah rumah musim panas di Inggris, ingat, Bibi Patty? Tempat ia dan Bibi Alma berlibur kadang-kadang!"
"Oh, tentu saja!" seru wanita itu. "Ben benar! Ayah memang memiliki sebuah rumah di luar London. Aku sama sekali lupa!"
"Apa artinya itu berkaitan dengan teka-teki ini, Jupe?" tanya Bob.
Jupiter nampak penuh kemenangan. "Apa maksudnya 'skip' -- 'melangkahi' sesuatu?" tanyanya.
"Menyeberangi ... atau mungkin melintasi," jawab Pete.
"Dan apakah H2O?" tanya Jupiter berbangga hati.
"Air!" seru Bob. "Seberangi air! Itulah maksud bagian pertama teka-teki itu! Seberangi air ... maksudnya lautan ... dan di dalam tanah milikku kau akan menemukan peti!"
"Ben, berapa lama lagi kau akan pulang ke Inggris?" tanya Jupiter cepat.
"Dua hari lagi," jawab remaja Inggris itu. "Begitu urusan resmi Bibi Patty telah beres."
"Jupe, apakah kau memikirkan yang kupikir kau pikirkan?" tanya Pete.
"Apa yang kau pikirkan, Jupiter?" tanya Patricia Hitchcock O'Connell.
"Trio Detektif akan meneruskan penyelidikan ini ke seberang Samudra Atlantik," jawab remaja gempal itu. "Di sanalah harta itu tersembunyi dan ke sanalah kita harus pergi!"
"Tapi bagaimana dengan orangtua kalian?" kata Patricia. "Jelas kalian tidak bisa pergi ke Inggris sendirian!"
"Kami tidak akan sendirian," kata Bob. "Kami akan bersama Ben! Di samping itu, sekarang kami sedang di tengah liburan musim panas. Saya yakin orangtua kami akan setuju jika kami katakan bahwa kami sedang membantu keluarga Mr. Hitchcock!"
Patricia memikirkan hal ini sejenak. "Jika kalian mendapatkan izin dari orangtua kalian," katanya, "aku akan membayar ongkos perjalanan kalian dan bertindak sebagai pengawas selama kalian di luar negeri."
Jupiter mengangkat tangan dan menggelengkan kepala. "Kami tidak dapat membiarkan Anda melakukan itu," katanya. "Tiket pesawat ke Inggris akan sangat mahal. Dengan tabungan hasil kami bekerja di pangkalan, hanya seorang dari kami dapat pergi."
"Aku memaksa!" kata wanita itu keras kepala. "Jika ini adalah rencana Ayah, maka seluruh Trio Detektif akan pergi! Lagipula uang tidak akan menjadi masalah dengan warisan yang ditinggalkannya untukku."
Jupiter memandang Ben seolah-olah meminta pertolongan namun remaja jangkung itu hanya melipat tangan di depan dada tanda setuju dengan bibinya.
Akhirnya detektif gempal itu memandang Bob dan Pete, lalu mengangkat bahu. "Baiklah," senyumnya, "mari kita minta izin!"
Anak-anak dan Ben bergegas menuju pintu dan Rolls Royce yang telah menunggu. Ketika mereka masuk ke bagian dalam mobil yang mewah itu, Jupiter berbicara. "Wah, Ben," katanya, "kalau bibimu Patricia telah memutuskan sesuatu, tidak ada yang bisa mengubahnya! Sungguh mudah untuk melihat bahwa ia benar-benar mirip ayahnya ... Alfred Hitchcock!"
Next Chapter

No comments:

Post a Comment