Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Warisan Hitchcock 01

Misteri Warisan Hitchcock

dari The Mystery of The Hitchcock Inheritance
oleh Mark Zahn
dialihbahasakan oleh FXRBDS

 

KATA PENGANTAR DARI REGINALD CLARKE

Salam, para penggemar Trio Detektif! Hari ini adalah kesempatan langka bagi kalian ... karena yang kalian pegang di tangan kalian saat ini adalah 'kasus yang hilang' dari detektif muda kita yang telah berpengalaman! Seperti kalian ketahui, banyak orang di dunia bersedih atas meninggalnya sutradara film besar dan pembimbing Trio Detektif, Alfred Hitchcock. Anak-anak itu merasa mereka telah kehilangan seorang sahabat karib dengan kepergiannya dan memang itulah yang terjadi. Maka ketika datang kesempatan untuk memecahkan sebuah misteri yang melibatkan surat wasiatnya, mereka langsung bersedia!
Jika kalian tidak terlalu mengenal Jupiter, Pete, dan Bob, maka biarlah ini menjadi kata perkenalan bagi kalian. Jika kalian telah mengenal mereka dengan baik, silakan langsung menuju Bab I dan menikmati cerita ini.
Seperti yang telah kuketahui dari teman lamaku Hitch, setiap kata pengantar Trio Detektif haruslah dimulai dengan Jupiter Jones yang sedikit kelebihan berat badan. Dikenal sebagai Jupe oleh kawan-kawannya, Penyelidik Pertama ini memiliki otak yang logis, hati yang penuh keberanian, dan tekad yang kuat untuk memecahkan teka-teki. Penyelidik Kedua adalah Pete Crenshaw, yang dengan perawakannya yang kekar dan atletis merupakan aset yang sangat penting bagi Trio Detektif. Dan tidak ada biro detektif yang dapat bertahan lama tanpa adanya catatan dan riset yang teratur rapi. Ini adalah bagian Bob Andrews. Bob cekatan dalam bertindak dan dengan fakta. Catatannya yang teliti memungkinkan kita semua untuk menikmati petualangan demi petualangan kelompok detektif muda ini.
Anak-anak itu tinggal di sebuah kota pantai bernama Rocky Beach, California, yang terletak di antara Santa Monica yang penuh bukit dan Hollywood yang gemerlap. Markas mereka adalah sebuah karavan rusak sepanjang sepuluh meter, yang mereka sembunyikan di antara tumpukan rongsokan di pangkalan barang bekas yang dikenal sebagai Jones Salvage Yard -- dimiliki dan dioperasikan oleh paman dan bibi Jupe: Titus dan Mathilda Jones.
Semboyan mereka adalah "Kami menyelidiki Apa Saja" dan dalam kasus ini mereka membuktikannya. Dan sekarang, cukup dengan kata pengantar. Seperti yang suka diucapkan teman lamaku Alfred Hitchcock ....
Lampu, kamera, action!
REGINALD CLARKE
 
 

BAB I
PERPISAHAN DENGAN SEORANG SAHABAT

"Aku masih tidak bisa percaya," kata Pete Crenshaw. Remaja jangkung itu duduk di atas peti tempat jeruk di bengkel Jupiter Jones, yang terletak di sudut Jones Salvage Yard. "Rasanya aku tidak pernah merasa sesedih ini."
Bob Andrews menghela nafas dan menendang sebutir kerikil. "Sulit dipercaya Mr. Hitchcock telah pergi," katanya. "Aku tahu kita baru saja pulang dari pemakamannya namun sepertinya masih sulit menerimanya."
Jupiter duduk di atas mesin cetak tua yang telah diperbaikinya beberapa waktu yang lalu. "Perasaan seperti itu wajar bagi orang yang baru saja kehilangan seseorang yang disayangi, Data," katanya, melonggarkan dasi. "Kita harus berusaha sebisa-bisanya membiasakan diri meskipun aku tidak yakin apa dampak kejadian ini bagi masa depan Trio Detektif."
Pete mengusap dagu dan menatap kosong. Tadi pagi ia, Jupiter, dan Bob meninggalkan Rocky Beach bersama Paman Titus dan Bibi Mathilda menuju ke Hollywood untuk menghadiri pemakaman sahabat lama mereka, Alfred Hitchcock, sang sutradara film kenamaan. Mereka telah mengenal Mr. Hitchcock sejak kasus pertama mereka, Misteri Puri Setan, dan sutradara besar itu telah menuliskan kata pengantar untuk setiap kasus mereka hingga yang terakhir, Misteri Karang Hiu. Sekarang pembimbing mereka telah pergi dan anak-anak itu merasa ditinggalkan.
"Jupe," kata Pete, "apa yang akan kita lakukan tanpa Mr. Hitchcock yang memberi kata pengantar untuk kasus kita?"
"Aku tidak tahu, Dua," jawab temannya yang gempal itu. "Sekarang aku bahkan tidak yakin bisa memecahkan misteri apapun."
Teman-temannya mengangguk setuju. Sukar untuk berpikir jernih sejak mereka mendengar berita duka itu. Tidak satupun dari mereka pernah ditinggalkan orang yang dekat dengan mereka. Meskipun Jupiter adalah seorang anak yatim piatu yang diadopsi oleh paman dan bibinya, ia masih terlalu kecil ketika orangtuanya meninggal untuk mengingat mereka dengan jelas.
Hans dan Konrad, dua bersaudara dari Bavaria yang membantu di pangkalan barang bekas, muncul di pintu masuk bengkel. Mereka menggenggam topi mereka di tangan dan menyeret kaki mereka. Hans berdehem. "Jupe, Pete, Bob. Konrad dan aku ingin mengucapkan turut berduka cita atas kepergian Mr. Hitchcock."
"Ya," kata Konrad tulus, "apapun akan kami lakukan jika kalian memerlukannya."
"Terima kasih, Hans, terima kasih, Konrad," kata Jupe pelan. "Kami menghargainya."
"Baiklah," kata Hans. "Kalau ada yang kalian butuhkan, cukup bersiul saja." Dan kedua pemuda berambut pirang itu pergi dengan sedih, kepala mereka tertunduk.

*****

Beberapa hari kemudian anak-anak itu masih merasa sangat kehilangan. Untuk membantu mengalihkan pikiran mereka telah dengan suka rela membantu Paman Titus, Hans, dan Konrad mengganti lembaran seng yang menempel pada bagian dalam pagar pangkalan yang tinggi. Seng itu berfungsi sebagai atap yang melindungi barang-barang yang cukup berharga dari hujan dan panas matahari. Mereka sedang berjalan ke gerbang depan untuk mengambil lembaran seng terakhir ketika Bob melihat lampu merah di bengkel Jupiter berkedip-kedip.
"Telepon di markas!" katanya. "Mungkin sebuah kasus!"
Ketiga anak itu melupakan lembaran seng itu dan berlarian menuju karavan tua.
"Gunakan Pintu Empat karena kita berada di sisi jauh markas," kata Jupiter.
Pintu Empat adalah salah satu dari banyak jalan rahasia yang mereka gunakan untuk keluar masuk karavan yang tersembunyi itu. Darurat Satu, Lorong Dua, dan Gampang Tiga adalah jalan-jalan yang lain. Mereka berlari melalui sela-sela tumpukan barang bekas yang membentuk lorong yang rumit dan masuk ke markas melalui dinding samping. Jupiter menyambar telepon.
"Trio Detektif," katanya kehabisan nafas. "Dengan Jupiter Jones."
"Selamat siang, Jones. Namaku Reginald Clarke," kata sebuah suara yang sangat dalam dan penuh ketegasan. "Mudah-mudahan kau bisa meluangkan sedikit waktu."
Jupiter bergegas menyalakan pengeras suara yang terhubung ke telepon, yang terdiri dari sebuah radio tua dan mikrofon. Sekarang ketiga anak itu dapat mendengar pembicaraan yang sedang berlangsung.
"Reginald Clarke, produser film itu?" tanyanya heran.
"Itulah aku," kata Mr. Clarke. "Aku sadar kita belum pernah bertemu namun aku adalah sahabat Alfred Hitchcock ... kau tahu kami bekerja sama dalam beberapa film. Aku ingin mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya."
Terima kasih, sir," kata Jupiter. "Anda begitu baik."
Suara bariton Reginald Clarke yang dalam diam sejenak kemudian berlanjut. "Ada alasan kedua mengapa aku menelepon, itu jika Trio Detektif masih beroperasi."
"Ya, masih," kata Jupiter. "Apa yang bisa kami lakukan untuk Anda?"
"Persoalannya cukup pelik," kata Reginald Clarke. "Sebaiknya kita tidak membicarakannya di telepon. Bisakah kalian datang ke kantorku di World Studios pukup sembilan besok pagi?"
Jupiter menatap Bob dan Pete, keduanya mengangguk setuju. "Kami akan ada di sana, Mr. Clarke. Jam sembilan tepat!"
"Bagus," suara produser itu menggelegar. "Sampai jumpa."
"Sampai jumpa, sir," kata Jupiter. Ia memutuskan hubungan dan menatap Bob dan Pete. "Waduh, apa kira-kira yang akan dibicarakan oleh Mr. Clarke ya?"
"World Studios," kata Pete sambil mengangkat patung dada Alfred Hitchcock yang terbuat dari marmer dari tempat terhormatnya di atas lemari arsip. "Jangan-jangan ada hubungannya dengan Mr. Hitchcock."
"Rasanya kita harus menunggu sampai besok untuk mengetahuinya," kata Bob. "Sekarang aku sebaiknya pergi ke perpustakaan. Aku hampir terlambat dan menurut Miss Bennett setengah dari buku-buku yang ada di perpustakaan perlu dikembalikan ke raknya! Sampai jumpa besok pagi di gerbang depan."
"Sampai besok, Bob," kata Jupiter dan Pete sementara rekan mereka menghilang ke dalam Lorong Dua, sebuah tingkap di lantai yang membuka ke sebuah pipa di bawah markas.
"Ayo, Pete," Jupiter menghela nafas. "Kembali bekerja. Boleh jadi Paman Titus sedang kebingungan memikirkan ke mana kita telah menghilang."
Dengan murung Pete mengembalikan patung dada itu ke atas lemari arsip dan mematikan lampu sambil keluar.
Next Chapter

No comments:

Post a Comment