Monday, November 1, 2010

Trio Detektif - Misteri Warisan Hitchcock 09

BAB IX
JAM DAN JAM LAGI

"Fitchhorn!" seru Pete. "Sekarang kita tidak bisa mendiskusikan petunjuk dari piringan hitam itu!"
Lelaki berbadan bulat itu melangkah dengan penuh ancaman ke dalam perpustakaan, diikuti oleh istrinya yang kurus kering. "Kau punya petunjuk baru lagi?" ia bertanya kepada Jupiter. "Apakah itu, Nak? Ayo bicara!"
"Jangan, Jupe!" kata Bob marah. "Mereka membobol ruang proyektor dan mencuri piringan hitam itu ... dan sekarang mereka tidak dapat memecahkan petunjuknya!"
"Kami tidak pernah berbuat demikian, Anak Muda!" kata Stella Fitchhorn dengan suaranya yang melengking. "Betapa kurang ajarnya anak muda zaman sekarang!" Seolah-olah menegaskan perkataannya, ia mengeluarkan saputangan dan membersihkan hidungnya yang seperti paruh, mengeluarkan suara keras.
Timothy Fitchhorn menatap istrinya dengan marah. "Sudah kukatakan biar aku yang bicara!" geramnya. "Sekarang lebih baik kau katakan apa yang kau tahu, Nak. Jika kita bekerja sama, kita mungkin bisa memecahkan teka-teki si Tua Hitch malam ini juga!"
"Saya sangat meragukan kejujuran pria ini, madam," kata Winston. "Saya duga ia berniat mengambil seluruh harta itu begitu ditemukan."
"Dengar, kau pelayan tak tahu diuntung," ancam Mr. Fitchhorn, "kau digaji sebagai pelayan -- bukan konsultan! Lebih baik kau mengurusi urusanmu sendiri!"
"Cukup!" teriak Patricia. Bob melihat bahwa wanita itu gemetar dan nyaris tidak dapat menahan air mata. "Jupiter, katakan apa yang kau tahu dan kita semua akan mencari bersama-sama. Dengan demikian tidak seorang pun dapat menguasai apapun yang disembunyikan ayahku."
Tiba-tiba sebuah suara lain terdengar dari pintu. "Kudengar teriakan," kata Jebediah. "Apakah kalian sedang berpesta dan tidak mengundang Jebediah Tua?"
"Saya senang Anda ada di sini," kata Jupiter Jones. "Sekarang setelah kita semua berkumpul, kita bisa mendiskusikan petunjuk terakhir Mr. Hitchcock."
"Oh. omong kosong itu lagi," Sepupu Jeb mencibir. "Kalian boleh memiliki bagianku dari harta itu, aku tidak peduli. Mungkin sekali semua ini kelakar belaka, mengingat selera humor Mr. Hitchcock."
"Kalian semua dengar apa yang dikatakannya!" kata Mrs. Fitchhorn dengan lengkingannya, "ia tidak peduli akan bagiannya!"
"Diam!" tukas Timothy Fitchhorn. "Baiklah, Nak, apakah petunjuk terakhir dari piringan hitam itu?"
"Jupe, kau yakin akan ini?" tanya Pete.
"Aku tidak yakin ini adalah ide yang bagus, Bibi Patty," bisik Ben.
Jupiter berdiri di depan kaca jendela yang berwarna-warni dengan tangan di pinggang. "Rumah ini besar," katanya kemudian. "Namun tidak terlalu besar sehingga seseorang bisa bertindak tanpa diketahui yang lain untuk waktu yang lama. Daripada masing-masing berkeliaran sendiri-sendiri, lebih baik kita semua bekerja sama."
Timothy Fitchhorn mengusap-usapkan kedua telapak tangannya penuh semangat. "Keputusan yang bijak, Nak," ujarnya. "Sekarang, ada apa di piringan hitam itu?"
Jupiter menegakkan tubuhnya -- ia tidak dapat menahan godaan untuk menikmati perhatian yang terpusat kepadanya, hal itu sudah mendarah daging. "Bait kedua dari lagu 'Harta Tersembunyi' oleh Denny Lynds & The Gail Force Winds berbunyi:
"Waktu telah berhenti tanpamu, Aku seperti Adam tanpa Hawa, Aku akan terus mencari di dunia ini, Hingga aku telah menguburkan kesedihanku."
Mata Timothy Fitchhorn berbinar-binar penuh gairah. "Aku berani bertaruh, bagian tentang 'waktu yang telah berhenti' bermakna sebuah jam yang tidak berfungsi lagi!" serunya sambil mengusap keringat di dahinya dengan saputangan. "Pasti ada satu di salah satu tempat di rumah ini!"
Ben melompat bangkit. "Bibi Patty, Bibi tahu jam yang tidak berfungsi lagi?"
"Pasti ada berlusin-lusin jam di rumah ini," katanya putus asa, "beberapa di antaranya pasti tidak berfungsi lagi!"
"Kita harus memeriksa satu per satu," kata Jupiter. "Dan kita harus memeriksa bersama-sama. Ini satu-satunya jalan!"
"Ide yang bagus, Nak," Mr. Fitchhorn setuju, mendorong rambutnya kembali ke tempat semula dengan tangannya yang gemuk. "Mari mulai dengan jam besar ini!"
Para pemburu harta karun itu berkerumun di sekitar jam besar yang ada di perpustakaan sementara Winston dan Pete memeriksanya dengan seksama.
"Menurutku jam ini tepat waktu," kata Pete. "Rasanya ini jam yang salah."
"Ke ruangan sebelah!" seru Mr. Fitchhorn dengan cepat.
Satu per satu, semua jam di rumah itu mereka periksa. Hari telah larut ketika mereka tiba di ruang bilyar di lantai dua, satu-satunya ruangan yang belum mereka periksa. Mereka merasa frustrasi atas keberhasilan yang tak kunjung tiba.
"Ada dua jam di ruangan ini," kata Bob. "Satu jam dinding dan satu lagi jam besar yang berdiri di lantai."
Jam besar itu mulai berdentang, menunjukkan tengah malam, sementara Bob dan Ben mencopot jam yang lebih kecil dari dinding.
Ketika jam yang besar berdentang untuk terakhir kalinya, Jupiter duduk dengan tegak seolah-olah digigit oleh sesuatu. Ia menatap jam antik itu.
"Hei," kata Pete, "ada apa denganmu?"
Jupiter bergegas mendekati jam itu dan mulai meraba-raba. "Bantu aku, Pete," katanya. Yang lain menyadari gairah remaja gempal itu dan berkerumun di sekitar jam.
"Kau menemukan sesuatu, Jupiter?" tanya Ben penuh harap.
"Ingat, kami juga berhak!" Stella Fitchhorn mengingatkan orang-orang.
"Jangan berkata apa-apa lagi!" suaminya memperingatkan.
"Kecuali ada yang namanya 'jam tiga belas'," kata Jupiter melalui bahunya, "kurasa harta kita ada di dalam jam ini!"
"Wah!" kata Bob. "Aku sama sekali tidak menyadari jam ini berdentang tiga belas kali!"
Jupiter telah membuka pintu kaca tempat bandul jam. Jari-jarinya akhirnya menemukan sebuah tombol jauh di belakang.
"Dapat!" serunya.
Jarinya yang gempal menekan tombol itu dan terdengar suara 'klik' seperti kunci yang terbuka. Jam besar itu bergerak maju beberapa inci.
"Jam ini berengsel!" kata Jupiter kagum. "Suatu hasil karya yang hebat. Jam ini tergantung pada sebuah bingkai besi yang tertanam di dinding!"
Penyelidik Pertama yang gempal membuka jam yang berfungsi sebagai pintu itu, menampakkan suatu ruangan kecil yang tidak lebih besar daripada sebuah lemari. Ruang berdinding batu bata itu tidak berisi apa-apa kecuali sebuah landasan yang di atasnya terdapat patung dada Alfred Hitchcock, serupa dengan yang dimiliki anak-anak di markas.
Di bawah patung dada itu terdapat sebuah amplop, tersegel oleh lilin dengan tulisan "???" di atasnya.
Jupiter mengambil amplop itu, matanya bersinar-sinar. Namun ketika ia membalikkan surat di tangannya untuk membuka segel lilin itu, raut wajahnya berubah aneh.
"Ada apa, Pertama?" tanya Bob.
"Ayolah, Jupe," desak Pete, "buka!"
Timothy dan Stella Fitchhorn nyaris melompat-lompat kegirangan. "Ya, Nak," lelaki gendut itu menyeringai dan menjilat bibirnya, "buka!"
Jupiter mengacungkan amplop itu di depan mukanya. "Amplop ini sudah dibuka!"
Next Chapter

No comments:

Post a Comment