BAB XVI Seminggu setelah Jupe nyaris teriris-iris di San Fransisco, Trio Detektif mengunjungi Alfred Hitchcock di kantornya yang luas di World Studios. Sutradara film kenamaan itu membaca dengan teliti catatan Bob tentang kasus terakhir mereka dan kemudian meletakkannya di mejanya yang luas. |
Tuesday, October 26, 2010
Trio Penyamar Chapter 16 End
Trio Penyamar Chapter 13
BAB XIII Keesokan harinya Bob bangun pagi-pagi dan terpincang-pincang turun ke dapur tempat ibunya sedang memasak telur goreng untuk sarapan. |
Trio Penyamar Chapter 14
BAB XIV
NYARIS
"Ada yang melihat Jupiter Jones?" seru Chief Reynolds. Orang-orang yang ada di Rotary dilanda kebingungan; para tamu berdiri di sekitar gedung, memperbincangkan perampokan dan menganalisis yang baru saja terjadi. Chief Reynolds berseru lagi. "Ada yang melihat Jupiter Jones?" Beberapa orang di antara kerumunan menggelengkan kepala, yang lain kembali asyik bercakap-cakap, semakin lama semakin sensasional. Si koki menggeleng dan menatap Bob dan Pete. "Terakhir kali aku melihat Jones adalah ketika pintu dapur menjatuhkannya ke lantai. Itu sekitar sepuluh menit yang lalu ... ia tidak mungkin pergi terlalu jauh dalam sepuluh menit." "Ingat, yang kita bicarakan adalah Jupiter Jones," kata Pete. "Ia bisa saja berada di Meksiko sekarang!"
"Aku hampir-hampir percaya itu mungkin saja dengan Jones," si koki menghela nafas.
Bob tertatih-tatih dengan penopangnya menuju ke tempat van Jensen terparkir tadi. "Menurut Anda, apakah mobil-mobil patroli akan bisa menyusul Jensen, Chief?"
"Aku telah memberi pengumuman ke seluruh penjuru Rocky Beach and daerah sekitarnya, termasuk Los Angeles. Polisi akan menghentikan setiap van putih yang mereka lihat ... kita akan menangkapnya, Bob."
Pada saat itu Pete berbicara, "Chief, baru terpikir oleh saya. Bagaimana jika Jupe sedang berada di dalam van ketika Jensen dan temannya melarikan diri? Waduh, ia akan mendapat masalah besar jika mereka menemukannya!"
Chief nampak khawatir. "Memang seperti Jones, berbuat seperti itu. Sebaiknya aku memberi tahu anak buahku untuk ekstra waspada. Van itu bisa saja punya tempat rahasia."
*****
Di dalam peti antik Jupiter Jones tersengal-sengal dan kakinya mulai kesemutan. Ia menghitung jarak ke San Fransisco dari Rocky Beach, berapa waktu yang diperlukan, dan menggigit bibir. Ia tidak yakin ia dapat bertahan selama itu di dalam tempat persembunyiannya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengambil resiko dengan membuka penutup peti untuk mendapatkan sedikit udara segar.Tepat pada saat ia hendak membuka penutup peti itu, van berhenti tiba-tiba. Pintu dibanting tertutup dan Jupe mendengar langkah kaki terseret-seret dan gumaman sementara Jensen dan Ping mulai memindahkan harta curian mereka dari van ke bak belakang truk yang akan mereka gunakan untuk melarikan diri.
Ketika mereka sampai pada peti tempatnya berada, Jupe menahan nafas. Peti itu terangkat beberapa inci dan kemudian terbanting dengan keras ke lantai van.
"Peti ini bukannya kosong?" tukas Jensen. "Seharusnya kita mengisinya dengan emas," katanya.
"Mungkin sebaiknya kita buka saja," kata Ping.
"Tidak ada waktu," jawab Jensen. "Kita harus tiba di San Fransisco sejam lagi. Ayo cepat ... angkat!"
Jupe merasa peti terangkat. Ia menyiapkan dirinya untuk benturan yang pasti akan terjadi saat peti itu dimasukkan ke dalam truk. Jensen dan Ping membantingnya dengan kuat.
Setelah beberapa kali bolak-balik, kedua penjahat itu selesai mengosongkan van. Jupe mendengar pintu truk dibanting tertutup dan mesinnya meraung hidup. Ia ada dalam perjalanan menuju San Fransisco ... suka atau tidak!
*****
Di Rotary Club di Rocky Beach Bob Andrews dan Pete Crenshaw duduk dengan gelisah, menunggu masuknya laporan yang mengatakan bahwa van putih itu telah ditemukan dan rekan mereka diselamatkan.Ketika sejam telah berlalu, Pete berdiri dan mulai mondar-mandir. "Seandainya saja Jupe sempat mengambil walkie-talkie, kita akan bisa menemukannya!"
"Jangan khawatir, Peter," kata Chief Reynolds menenangkan. "Banyak orang yang mencari Jupiter sekarang. Kita pasti akan menemukannya."
"Mudah-mudahan saat itu belum terlambat," kata Bob. "Kita pernah berurusan dengan Jensen dan tahu apa yang bisa dilakukannya. Jika ia menemukan Jupe bersembunyi di van itu ...." Bob tidak menyelesaikan kalimatnya. Mereka semua tahu apa yang akan terjadi seandainya Jensen menemukan Jupe.
Tepat pada saat itu radio di mobil Chief bersuara. "Chief Reynolds, masuk. Ganti." Chief meraih mikrofon dengan cepat. "Ini Chief, ada berita apa?"
"Kami telah menemukan van itu, ditinggalkan di kaki bukin beberapa mil di sebelah utara kota. Van itu disembunyikan di sebuah ceruk, terlindung oleh dinding tebing. Ganti."
"Aku datang sekarang! Ganti dan selesai." Chief Reynolds melompat masuk ke mobil. "Mari, Anak-anak!"
Bob dan Pete bergegas masuk ke dalam mobil patroli. Chief menyalakan lampu dan sirenenya dan memacu mobil menuju perbukitan di daerah pantai. Pete dan Bob berpegangan kuat ketika jalanan menyempit dan aspal berganti dengan tanah. Mereka tidak perlu cemas, Chief Reynolds adalah seorang pengemudi ahli dan mengambil tikungan-tikungan tajam dengan tangkas.
Namun ketika mereka tiba di ceruk yang kering itu, tidak banyak yang dapat mereka lihat. Van putih tua itu kosong.
Pete dan Bob memeriksa van itu dengan cermat, luar dalam.
"Ada banyak jejak kaki di belakang van," kata Bob. "Sepertinya Jensen dan satu orang lagi, kemungkinan si orang Asia yang menculikku, memindahkan sesuatu dari van ke sebuah kendaraan lain. Lihatlah ke sini," lanjutnya, mengikuti jejak di debu jalan. "Jejak ban dari sebuah kendaraan lain. Jensen pasti telah menyiapkan mobil untuk melarikan diri di sini."
"Ban yang ini lebih lebar," kata Chief Reynolds. "Menurutku sebuah truk."
"Tapi apa yang mereka pindahkan dari bagian belakang van?" tanya Pete cemas. "Dan bagaimana kita bisa menemukan mereka kalau kita tidak tahu truk macam apa yang kita cari?"
*****
Di bak belakang truk Jupe mengangkat penutup peti. Hampir-hampir tidak bergerak. Jensen pasti telah meletakkan sesuatu yang berat di atasnya! Jupe berusaha tetap tenang namun sulit sekali dengan pikiran bahwa ia harus terperangkap di dalam peti selama sejam lagi. Ia mendorong sekuat tenaga dengan bahunya dan berhasil membuka penutup itu, cukup untuk kepala dan tangan kirinya.Jupe menjulurkan kepalanya dan melihat benda yang menahan penutup peti itu. Sebuah patung harimau yang terbuat dari marmer. Jupe mendorong sekali lagi dan berhasil mengeluarkan tangannya yang lain. Sedikit lagi. Sambil mengempiskan perut, Penyelidik Pertama memaksakan diri keluar dari peti dan terjatuh ke lantai. Patung berukuran besar itu bergoyang-goyang di atas peti, sedikit lagi terjatuh. Jupe melompat untuk menahannya. Ia tidak ingin tempat persembunyiannya ketahuan lebih cepat!
Bak belakang truk itu gelap, satu-satunya cahaya yang memungkinkan Jupe melihat masuk melalui sebuah jendela di dinding seberangnya. Ia meraba-raba melalui benda-benda antik curian dan berdiri di atas sebuah karpet yang tergulung hingga ia dapat menempelkan wajahnya ke jendela yang berdebu itu. Di baliknya ia dapat melihat Jensen di belakang kemudi. Orang itu sedang berbicara dengan rekannya.
"Menurutku ada sekitar satu juta dolar di belakang, Ping. Mudah sekali mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga keamanan di museum itu!" tawanya. "Barang-barang itu ada di dalam kotak dan peti di tempat penyimpanan bawah tanah museum, menunggu untuk dipamerkan. Mereka tidak akan merasa kehilangan sampai satu minggu lagi, seperti kata Won."
"Berapa yang kita minta untuk mutiara itu?" tanya Ping.
"Sepertinya kita bisa mendapat banyak," Jupiter dapat melihat Jensen mengangkat kantung yang berisi mutiara-mutiara palsu itu. "Mungkin satu juta untuk penawaran pertama. Siapa tahu?"
Jupe dapat mendengar kedua penjahat itu tertawa sementara ia turun dari atas karpet. Ia membuat tanda tanya di peti dan pintu truk dengan kapurnya. Ia tidak yakin hal itu akan ada gunanya namun paling tidak lebih baik daripada memikirkan bahwa sebentar lagi ia harus kembali masuk ke dalam peti. Juga lebih baik daripada memikirkan apa yang akan dilakukan Jensen dan Ping ketika mereka tiba di San Fransisco dan menemukannya di bak belakang.
Tidak lama kemudian Jupe merasa truk itu melambat dan berbelok-belok lebih sering. Ia menarik nafas, menyadari bahwa sudah waktunya ia kembali ke dalam peti. Masuk ternyata lebih mudah daripada keluar namun tetap saja Jupe harus bersusah payah memaksa badannya yang gempal masuk. Beberapa menit setelah ia berada di dalam, truk itu berhenti dan mesinnya dimatikan. Jupe mendengar pintu bak belakang dibuka dan Jensen dan Ping mulai sibuk.
Selama di dalam peti Jupe telah memikirkan sebuah rencana dan memutuskan untuk tetap bersembunyi di dalam peti sampai hari gelap, lalu berusaha kabur setelah memastikan semua orang telah meninggalkan tempat persembunyian Won. Bukan sebuah rencana yang terlalu bagus namun hanya itu yang dapat dipikirkannya.
Sekarang tiba giliran peti Jupe untuk dipindahkan. Ia dapat mendengar Jensen dan Ping mengumpat-umpat sementara mereka berjuang mengangkat peti yang berat itu. Ketika akhirnya peti itu diletakkan, Jupe mendengar sebuah suara yang dikenalnya. Won!
"Apa maksudnya ini?" tanya Won tajam.
"Apa maksudmu?" tukas Jensen. "Ini sudah semuanya, sesuai permintaanmu."
"Aku tidak bicara tentang harta ini, bodoh. Aku bicara tentang harta yang ada di dalam harta."
"Kau harus berhenti bicara penuh teka-teki, Won. Bikin repot saja," kata Jensen.
"Buka peti yang terakhir itu dan lihatlah apa yang tersembunyi dari mata yang tidak waspada," jawab Won.
Penutup peti perlahan terangkat dan Jupiter Jones yang kebingungan dan sedikit malu-malu beranjak keluar dari dalamnya.
Next Chapter
Trio Penyamar Chapter 15
BAB XV Jupiter Jones keluar dari peti dan segera dibekuk dengan kasar oleh Ping. Jensen berdiri dengan mulut terbuka, menatap Mr. Won, kemudian peti itu, dan kemudian Mr. Won lagi. |
Trio Penyamar Chapter 11
BAB XI
JUPE MENARIK KESIMPULAN
Ketika Jupe tiba di rumah sore itu, ia berhenti untuk memastikan bahwa pangkalan telah terkunci. Ia dapat melihat samar-samar cahaya televisi dari pondok kecil yang didiami oleh Hans dan Konrad dan dapat mendengar suara kedua bersaudara itu tertawa terbahak-bahak melalui sebuah jendela yang terbuka. Sambil tersenyum Jupe menyeberang jalan menuju rumah kecil tempat tinggalnya bersama paman dan bibinya. Detektif gempal itu sedang tidak berselera dan hanya makan sedikit, membuat paman dan bibinya heran. Sepanjang malam rentetan kejadian minggu itu melintas di kepalanya dan ia berusaha menarik kesimpulan dari semua itu. Ia merasa yakin ada suatu pola di balik kasus ini. Jika ia berusaha cukup keras seharusnya ia bisa menemukannya.
Namun sementara matahari mulai tenggelam di kaki langit, langit berubah abu-abu, dan bintang-bintang mulai bercahaya, pola itu tetap tersembunyi. Setelah berulang kali membalik badan di tempat tidur, Jupe akhirnya tertidur dengan kasus Trio Penyamar di dalam benaknya.
*****
Jupe tahu hari pasti telah pagi. Sebelum membuka mata, ia telah dapat mencium harum sarapan daging dan telur yang sedang disiapkan Bibi Mathilda di dapur di bawah. Ia berbaring di ranjang dan mengusap-usap matanya, berusaha mengingat mimpi yang dialaminya sebelum terbangun.Di dalam mimpi itu Bob berada dalam kesulitan, ia terjebak di dalam sebuah peti mati dan berusaha menyelipkan secarik kertas berisi pesan melalui sebuah retakan di penutup peti supaya teman-temannya tidak menguburnya hidup-hidup. Jupe mengerutkan kening atas mimpi aneh itu dan turun dari ranjang, berniat mengisi bahan bakar dengan sarapan yang lezat untuk memulai hari yang baru ... dan untuk menggantikan makan malamnya yang tidak seberapa.
Ia berhenti sekonyong-konyong.
Jupe berkedip dan berdiri di kaki ranjangnya, mulutnya terbuka.
Ia telah berhasil! Ia telah mendapatkan jawaban atas teka-teki itu!
Sambil terburu-buru mengenakan pakaian, ia berlari ke bawah dan meraih pesawat telepon.
"Demi Tuhan dan langit!" seru Bibi Mathilda. "Jangan macam-macam sebelum kau mengisi perutmu, Jupiter Jones! Kau akan mengkerut dan tertiup angin nanti kalau tulang-tulangmu itu tidak segera kau beri daging!"
"Bolehkah aku menelepon dulu, Bibi Mathilda? Ini mendesak sekali!" Jupe memohon.
Paman Titus memandang melalui bagian atas koran dan bergumama kepada istrinya. "Permainan sedang berlangsung, Sayang. Biarlah anak ini menelepon dan aku berani bertaruh uang lawan donat ia akan memakan apapun yang kau hidangkan nanti."
Bibi Mathilda menggerutu dan kembali sibuk di dapur. Jupe menyeringai ke arah pamannya dan mulai memutar nomor telepon Pete.
*****
Setengah jam kemudian anak-anak itu berkumpul di rumah Bob, duduk di tepi ranjang teman mereka itu. Bob duduk berganjal beberapa bantal, kakinya masih terbungkus penopang."Kupikir karena kau sedang tidak dalam kondisi yang menguntungkan, kita harus mengadakan rapat di rumahmu, Bob," Jupe menjelaskan.
"Jadi apa berita besarnya, Jupe?" kata Bob.
Mata Jupe berbinar-binar dan ia tersenyum-senyum senang.
"Aku telah memecahkan kasus ini!" katanya mengumumkan. "Dan itu kulakukan dengan sedikit bantuan dari Bob!"
"Oh ya?" kata Bob. "Apa yang kulakukan?"
"Bagaimana mungkin patahnya kaki Bob membantumu memecahkan kasus ini, Jupe?" tanya Pete bingung.
"Bukan itu maksudku. Kejadiannya dalam mimpiku!" seru Jupe. "Semalam aku bermimpi tentang Bob. Dalam mimpiku itu ia terjebak di dalam sebuah peti yang sangat gelap. Sepertinya sebuah peti mati. Ia berusaha memberi tahu kita bahwa ia ada di dalam dengan menyelipkan secarik kertas melalui sebuah retakan. Aku merasa ada sesuatu yang sama sekali tak asing lagi dengan situasi itu ... dan ketika aku terbangun, aku tahu!"
"Kau tahu apa?" desak Pete.
Bob merasa mengerti. "Kejadian itu terasa tidak asing bagimu karena sudah pernah terjadi!" serunya.
"Tepat!" kata Jupe. "Hanya saja Bob tidak terperangkap di dalam sebuah peti mati, melainkan sebuah peti penyimpan anggur! Ketika aku teringat akan mimpi itu, semua potongan teka-teki seakan-akan terjatuh ke tempatnya yang tepat! Toko roti yang dibobol itu adalah Pearl's Bakery, Pearl ... mutiara. Toko peralatan itu adalah Green's ... hijau. Tempat permainan itu adalah The Mineshaft ... lubang tambang. Toko minuman itu adalah The Vineyard ... kebun anggur. Si polisi gadungan bernama Jensen ... dan ia bahkan sempat menyebut Chinatown dan nama Chang. Nah, sekarang apa yang menghubungkan mutiara, hijau, lubang tambang, kebun anggur, Chinatown, dan nama Jensen serta Chang?"
Pete segera paham. "Misteri Hantu Hijau!" jawabnya. Namun kemudian ia menggelengkan kepala dan menatap Bob dan Jupe dengan putus asa. "Namun kau harus menjelaskannya kepadaku. Apa hubungannya salah satu kasus lama kita dengan adanya seseorang yang berusaha memfitnah kita?"
"Dua kata, Pete. Balas dendam!"
"Balas dendam? Maksudmu seseorang dari kasus lama itu berusaha membalas kita?" seru Pete. "Menurutmu siapa, Pertama?"
"Biar kutebak!" kata Bob. "Pasti Jupe menduga Mr. Won ... lelaki Cina misterius yang mengaku berumur seratus tujuh tahun! Ia hendak membalas dendam karena kita menghancurkan Mutiara Hantu terakhir!"
"Mr. Won? Sebuah nama yang tak ingin kudengar lagi!" desah Pete. "Satu kasus saja cukup untuk lelaki itu."
"Hampir, Bob, namun tidak tepat," kata Jupe dengan dramatis.
"Bukan Mr. Won?" tanya Bob. "Lalu menurutmu siapa?"
"Memang semula kupikir juga Mr. Won ... ingat, jambangan-jambangan yang dirusak di museum berasal dari Dinasti Won. Namun demikian hal itu terlalu gampang dan balas dendam sepertinya bukan sifat Won. Aku tak percaya ia mau bersusah payah demi tiga orang anak dari Rocky Beach. Lagipula kita tidak menghancurkan kalung Mutiara Hantu dengan sengaja, hanya kecelakaan."
"Baiklah, jika bukan Won lalu siapa?" tanya Pete.
Jupe mengangkat bahu seolah-olah bagi Pete dan Bob jawabannya sejelas baginya. "Menurut deduksiku, petugas polisi yang menggunakan nama Jensen itu menggunakan nama aslinya."
"Jensen!" seru Bob. "Mandor dari Verdant Valley. Balas dendam sudah jelas merupakan sifatnya."
"Waduh!" kata Pete. "Ia tidak pernah tertangkap sejak melarikan diri dari Hashknife Canyon. Tapi apa yang dilakukannya di sini di Rocky Beach? Dan mengapa setelah selama ini?"
Jupiter mengeluarkan sebuah kantung kulit kecil dari saku depannya dan menuangkan isinya di ranjang Bob. "Itulah sebabnya aku mengumpulkan ini," katanya dengan bangga. "Untuk menjebak Jensen dan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu!"
Pete dan Bob menatap isi kantung itu dengan mata terbelalak. Di atas kasur Bob tergeletak setumpukan mutiara berwarna abu-abu buram. Mutiara Hantu!
Next Chapter
Trio Penyamar Chapter 10
BAB X "Salah?!" seru Jupe. "Tapi aku sudah begitu yakin." |
Trio Penyamar Chapter 12
BAB XII
MEMBUAT PERANGKAP
"Wah! Mutiara Hantu!" Bob dan Pete berseru serempak. "Di mana kau temukan, Jupe?" Penyelidik Pertama yang gempal itu tidak dapat menahan tawa. "Aku tidak menemukan mutiara-mutiara ini, aku membuatnya."
"Membuat? Apa maksudmu?" tanya Pete.
Jupiter meraup segenggam mutiara dan memberikannya kepada Bob dan Pete. "Ketika aku akhirnya bisa menduga siapa di balik semua ini, aku mulai menyusun rencana, yang akan kubeberkan sebentar lagi. Langkah pertama adalah menyiapkan beberapa Mutiara Hantu. Kalian sama tahunya dengan aku bahwa Mutiara Hantu terakhir telah hancur dalam gua di Verdant Valley. Maka aku memutuskan untuk membuat beberapa butir tiruannya. Jika kalian amati mutiara di tangan kalian, kalian akan melihat bahwa itu hanyalah kerikil halus yang kupungut di jalan masuk pangkalan dan kucat abu-abu. Hasilnya cukup meyakinkan bukan?"
"Kau berhasil menipuku," kata Bob. "Tapi bagaimana kita akan memanfaatkannya?"
"Koreksi," kata Jupe, "maksudmu, bagaimana Pete dan aku akan memanfaatkannya."
"Oh ya," kata Bob muram. "Aku benar-benar tidak suka tidak dapat ikut beraksi. Sepertinya Duet Detektif akan menangani sisa kasus ini."
"Jangan khawatir, Bob," kata Jupe menenangkan. "Aku punya perasaan bahwa akan banyak yang bisa kau tulis tentang kasus ini setelah malam penghargaan besok."
"Apakah kita akan menggunakan batu-batu ini untuk menjebak Jensen?" tanya Pete.
"Ya," kata Jupe. "Kita tahu bahwa Jensen adalah seorang penjahat berbahaya yang akan melakukan apa saja demi uang. Maka marilah kita pancing dia masuk ke dalam perangkap dengan sesuatu yang tak ternilai. Jensen tahu bahwa Mr. Won akan membayar tinggi, maka menurutku ia takkan menolak umpan ini. Ia akan berusaha mendapatkan mutiara ini ... dan kita akan ada di sana untuk menangkapnya!"
"Bersama polisi, tentu saja," Pete menambahkan.
"Tentu saja," kata Jupe setuju. "Jensen terlalu berbahaya untuk kita tangani sendiri. Aku sama sekali tidak keberatan meminta bantuan Chief Reynolds untuk menyelesaikan kasus ini." Remaja gempal itu meraup perhiasan tak ternilai itu dan memasukkannya kembali ke dalam kantung.
"Jadi apa tindakan kita sekarang, Pertama?" tanya Pete.
"Sekarang kita harus mengumumkan bahwa kita memiliki beberapa butir Mutiara Hantu terakhir di dunia! Kita akan memberi tahu Chief Reynolds tentang rencana kita dan minta bantuannya menyebarkan berita ini. Kita dapat menghubungi stasiun radio setempat dan meminta mereka mengumumkan bahwa Trio Detektif akan memamerkan cendera mata dari beberapa kasus mereka yang paling terkenal -- termasuk Mutiara Hantu yang menakjubkan -- dalam acara besok."
"Ayahku kenal dengan penerbit surat kabar Rocky Beach. Aku bisa memintanya memasang iklan dalam terbitan hari ini, mengatakan bahwa Mutiara Hantu akan dipamerkan," kata Bob. Ayah Bob telah lama bekerja pada sebuah surat kabar terkenal di Los Angeles. Ia sering kali tertarik akan kasus-kasus anak-anak itu dan menawarkan bantuan jika mungkin.
"Usul yang bagus, Data," kata Jupe. "Dan selagi kau tidak dapat ke mana-mana, kau bisa memulai Hubungan Hantu ke Hantu, meminta anak-anak menyebarkan berita tentang mutiara ini kepada siapa saja yang mau mendengarkan." Hubungan Hantu ke Hantu adalah rancangan Jupiter; masing-masing dari mereka menelepon lima orang kawan yang berbeda dan meminta mereka melakukan sesuatu. Masing-masing dari kelima kawan itu selanjutnya menelepon lima orang kawan mereka dan menyampaikan hal yang sama. Dalam waktu beberapa jam Trio Detektif bisa mengerahkan seluruh populasi anak-anak Rocky Beach!
"Bagaimana dengan kita, Jupe?" tanya Pete. "Tidakkah sebaiknya kita melakukan Hubungan Hantu ke Hantu juga?"
"Kita lakukan nanti. Sekarang kau dan aku harus turun ke jalan dan menyebarkan berita tentang mutiara ini."
"Mengapa aku tiba-tiba merasa cemas?" tanya Pete resah.
"Sepertinya kau telah mengenalku dengan baik," kata Jupe sambil tersenyum. "Kita tahu Jensen mengamat-amati kita ... kemungkinan pada saat kita berbicara ini."
Pete menelan ludah dan menyibakkan tirai, melihat keluar kaca jendela dengan raut wajah cemas.
"Jangan khawatir, Pete," kata Bob. "Lingkungan sekitar sini aman dan rasanya ia tidak akan macam-macam ketika hari masih terang."
Jupe melanjutkan, "Kita tahu ia mengamati kita, maka biarlah ia mendengar kita juga. Pete dan aku akan kembali ke pangkalan dan berkeliling, berusaha nampak sibuk. Selama itu kita akan berbicara dengan keras tentang betapa bersemangatnya kita akan penghargaan itu dan tentang akan dipamerkannya Mutiara Hantu."
Pete mulai berjalan mondar-mandir dan mengusap-usap rambutnya. "Sekarang aku benar-benar cemas!"
"Kujamin kita tidak akan apa-apa," kata Jupe.
"Bukan itu," seru Pete. "Jika kita mondar-mandir di sekitar pangkalan, itu sama saja dengan meminta dipekerjakan oleh Bibi Mathilda!"
Ketiga sahabat itu tertawa terbahak-bahak.
*****
Beberapa menit kemudian, setelah meninggalkan Bob untuk mulai menelepon, Jupe dan Pete menghentikan sepeda mereka di depan gerbang pangkalan."Kita gunakan pintu depan," kata Jupe. "Tidak ada gunanya memberi tahu semua rahasia kita."
"Apa yang harus kukatakan?" tanya Pete.
"Apa saja yang terpikir olehmu. Bicara dengan keras namun wajar."
"Gampang saja bagimu mengatakannya," desah Pete. "Akting bagimu telah mendarah daging."
Selama sejam berikutnya kedua anak itu berkeliaran di Jones Salvage Yard, merapikan barang-barang dan berbicara dengan kuat tentang Mutiara Hantu. Ketika Jupe merasa puas, ia menarik Pete ke pondok kecil yang berfungsi sebagai kantor dan berbisik di telinganya.
"Sepertinya sudah cukup bagus. Sekarang kita tinggal menunggu Jensen mengambil tindakan. Aku akan memberi tahu Chief Reynolds dan menjelaskan rencana kita. Pasukannya harus benar-benar waspada pada acara penghargaan besok, siap untuk menangkap Jensen saat ia berusaha mengambil mutiara itu. Apakah tidak apa-apa bagimu untuk pulang bersepeda? Mungkin sebaiknya kita minta tolong Konrad mengantarkanmu."
"Tidak apa-apa," bisik Pete. "Tidak jauh dan seperti kata Bob, kecil kemungkinannya ia akan mencoba macam-macam di tengah hari."
Jupiter memikirkannya selama beberapa saat. "Aku yakin itu benar namun aku akan lebih tenang jika kau keluar tanpa terlihat. Gunakan saja Gerbang Biru Dua dan ambil jalan belakang untuk ke rumahmu. Lebih baik berhati-hati." Gerbang Biru Dua adalah sebuah jalan masuk rahasia di pagar pangkalan, terletak di sudut jauh pangkalan di balik kantor. Pagar bagian luar dilukisi dengan pemandangan di taman, ibu-ibu berpakaian gaya Victoria lengkap dengan payung mengawasi anak-anak mereka bermain di tepi sebuah kolam. Dua papan yang merupakan jalan masuk rahasia itu berwarna biru terang seperti langit. Karena sulit untuk menggunakannya tanpa dilihat Bibi Mathilda, anak-anak itu jarang memanfaatkannya kecuali dalam keadaan darurat.
"Akan kutelepon kau setelah tiba di rumah," kata Pete.
"Baiklah. Jangan lupa menelepon untuk Hubungan Hantu ke Hantu supaya orang-orang mulai membicarakan Mutiara Hantu. Dan jangan lupa mandi bersih-bersih dan mengenakan pakaian terbaikmu untuk besok!"
"Tidak akan lupa!" bisik Pete. Remaja jangkung itu mengayuh sepedanya ke balik kantor dan menghilang melalui Gerbang Biru Dua sementara Jupe masuk kembali ke kantor dan mulai menelepon.
*****
Di seberang jalan Jensen dan rekannya si orang Asia duduk di dalam sedan dengan mesin menyala. "Nah, apa itu tadi ... Mutiara Hantu, Ping? Baru saja kita hendak melakukan aksi terakhir dan meninggalkan kota ini. Bagaimana menurutmu?" gerutunya."Sepertinya sebuah perangkap," gumam Ping.
"Itulah yang kupikirkan," kata Jensen setuju. "Tetap saja aku akan punya cukup uang untuk seumur hidup jika aku bisa mendapatkan mutiara itu dan kita tidak usah melaksanakan rencana semula untuk menculik anak gendut itu demi tebusan."
"Sepertinya beresiko," kata Ping. "Tak mungkin kita bisa mengambil mutiara-mutiara itu dengan polisi di mana-mana. Kita harus menyusun rencana."
"Oh, aku punya rencana, Ping," desis Jensen. "Tentu saja aku punya rencana."
Next Chapter
Trio Penyamar Chapter 9
BAB X "Salah?!" seru Jupe. "Tapi aku sudah begitu yakin." |
Trio Penyamar Chapter 8
BAB IX Sepertinya sudah berhari-hari sejak Bob didorong masuk ke van di tempat parkir museum namun dengan melihat ke arlojinya Bob tahu bahwa hanya beberapa jam telah berlalu. Tetap saja harapannya memudar secepat terbenamnya matahari merah di garis cakrawala. Kira-kira sejam lagi hari akan gelap ... suatu pikiran yang membuat jantung Bob berdebar kencang. |
Trio Penyamar Chapter 6
BAB VI
JUPE CURIGA
Hari berikutnya anak-anak itu berkumpul di Jones Salvage Yard. Bob dan Pete duduk di sekeliling meja besar di dalam markas, wajah mereka muram. Bob membolak-balik halaman sebuah majalah tanpa tujuan tertentu sementara Pete duduk bertopang dagu. Tiba-tiba kepala Jupe muncul dari Lorong Dua. Ia tersenyum ceria.
"Mengapa kau begitu gembira?" tanya Bob curiga.
"Pasti Bibi Mathilda telah membuat panekuk untuk sarapan," kata Pete, berusaha tertawa.
"Bibi Mathilda," kata Jupe, "memang telah membuat panekuknya yang telah terkenal di seluruh dunia untuk sarapan ... tapi bukan itu yang membuatku gembira," katanya dengan misterius.
Bob menyingkirkan majalah yang sedari tadi dibolak-baliknya. "Kita baru saja menemui kasus pertama kita yang tak terpecahkan dan kau bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa," katanya. "Ada apa?"
Jupe hanya setengah mendengarkan. Ia sibuk di bagian belakang karavan, mencari sesuatu di salah satu lemari kecil yang ada di markas.
"Aha!" serunya. "Ini dia!" Ia mengeluarkan alat penjejak yang dulu dibuatnya untuk sebuah kasus. Kotak logam kecil itu setiap beberapa saat meneteskan suatu cairan. Jika ditempelkan pada sebuah kendaraan dengan magnet kuat yang terdapat di baliknya, anak-anak tinggal mengikuti jejak cairan tersebut. "Kasus ini jauh dari 'tak terpecahkan'!" kata Jupe. "Bahkan kita mungkin lebih dekat ke pemecahannya daripada yang kita kira!"
"Apa?!" seru Bob dan Pete. "Chief Reynolds bilang kita tidak boleh ikut campur lagi!"
"Tidak tepat," kata Jupe dengan senyum simpul di mukanya yang tembam. "Ia bilang 'tinggal di rumah', secara spesifiknya AKU tinggal di rumah!" kata Jupe penuh kemenangan. "Ia tidak pernah bilang bahwa kalian berdua harus tinggal di rumah ... dan ia sama sekali tidak pernah bilang bahwa kita tidak boleh ikut campur!"
Bob dan Pete tahu dari pengalaman bahwa berdebat dengan Jupiter tentang sesuatu yang menyangkut daya ingat tidak ada gunanya. Daya ingat Jupe sangat hebat, ia dapat mengingat apa yang dikatakan orang-orang, kata per kata, dan dapat mengulanginya kapan pun perlu.
Bob dan Pete duduk tegak dengan bersemangat. "Apa yang ada di pikiranmu, Pertama?" tanya Bob.
"Aku sedang berbaring di ranjang semalam," kata Jupe antusias, "memikirkan kasus kita ketika aku menyadari bahwa ada satu orang di Rocky Beach yang akan memperoleh keuntungan besar dengan mencemarkan nama baik kita. Bahkan orang ini akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan lima ratus dolar, tepatnya!"
"Aku tidak mengerti," kata Pete.
Bob berpikir sejenak, lalu menjentikkan jarinya penuh semangat. "Maksud Jupe Leo Magellan, ahli sejarah kesenian yang bersama kita akan berbagi uang hadiah dari Klub Rotary!" seru Bob. "Tentu saja! Mengapa tidak terpikir olehku sebelumnya?"
"Tidak terpikir olehku juga, Bob, sampai tadi malam," jawab Jupe. "Seharusnya aku sudah harus menarik kesimpulan ini sejak awal," katanya, menyesali dirinya yang telah melewatkan sesuatu yang jelas.
Pete merasa akhirnya ia mengerti. "Jadi Magellan memfitnah kita dengan pencurian-pencurian itu, berharap dapat mencemarkan nama baik kita sehingga ia akan mengantungi seluruh seribu dolar hadiah itu, benar bukan?"
"Tepat sekali, Pete," ujar Jupiter. "Dan sekarang kalian berdua akan mengunjungi Museum Kesenian dan Ilmu Pengetahuan Rocky Beach. Salah satu dari kalian akan menanyai Mr. Magellan sementara yang lainnya mengamati dari jauh untuk melihat apa yang terjadi ... dan kemudian membuntutinya seandainya ia pergi setelah ditanyai."
Bob menimbang-nimbang. "Menurutmu dia akan gugup dengan pertanyaan kita dan kelepasan bicara, Jupe?"
"Benar. Dan jika ia kelepasan, kita akan merekamnya di kaset!" Jupe mengeluarkan sebuah alat perekam kecil dari dalam laci di salah satu dari banyak lemari yang berjajar di salah satu dinding markas. "Nyalakan ini, Data, saat kau bicara dengannya. Aku berharap ia akan cukup marah atau, lebih mungkin, cukup arogan karena kita hanya anak-anak, dan kelepasan," kata Jupe menerangkan. "Maka kita akan punya cukup bukti untuk membersihkan nama kita!"
Pete nampak ragu-ragu. "Kedengarannya bagus, Jupe, tapi bagaimana jika Magellan tidak mau bicara apa-apa? Semua orang tahu ia benci anak-anak. Bahkan ia mungkin saja tidak memberi kita kesempatan sama sekali untuk bicara!"
"Menurut perasaanku, hanya dengan melihat kalian saja ia akan merasa ketakutan," kata Jupiter. "Salah satu dari kalian harus membuatnya bicara. Kita hanya akan menggunakan alat penjejak sebagai alternatif terakhir. Ingat, Chief Reynolds tidak ingin kita terlibat lebih jauh!"
"Apakah sebaiknya kami pergi sekarang?" tanya Bob.
"Jangan. Kita tunggu sampai menjelang waktu tutup museum sehingga kalian berdua dapat melihat ke mana ia pergi jika perlu," jawab Jupe.
"Baiklah," kata Bob. "Aku hendak pulang untuk beberapa jam kalau begitu. Aku berjanji pada ayahku untuk membantu membersihkan garasi hari ini."
"Baik," kata Jupe. "Sementara itu Pete dan aku dapat bekerja untuk Bibi Mathilda ... ia sudah berulang kali mengeluhkan tumpukan besar kayu di pojok pangkalan. Pasti ia akan terkejut jika kita mengerjakannya tanpa disuruh."
"Setelah makan siang dengan roti ham, kentang goreng, kue-kue, dan limun, tentu saja," kata Pete menyeringai.
"Tentu saja," kata Jupe setuju, menjilat bibirnya.
Ketiga anak itu berebut keluar dari karavan dengan perut keroncongan.
Next Chapter
Trio Penyamar Chapter 7
BAB VII Hari telah siang ketika Bob mengayuh sepedanya kembali ke Jones Salvage Yard. Dengan gesit ia meloncat turun dari sepedanya dan mencungkil sebuah mata kayu yang terdapat pada salah satu papan pagar. Ia memasukkan jarinya ke dalam lubang dan menarik tuas yang membuka Gerbang Hijau Satu dan masuk ke bengkel Jupe di pojok pangkalan. Pete dan Jupe sudah berada di sana. |
Trio Penyamar Chapter 8
BAB VIII
TIDAK ASING LAGI TERHADAP BAHAYA
Bob menyaksikan Pete memasuki museum, lalu berjalan ke arah sedan hitam milik Leo Magellan di tempat parkir. Ia hendak menaruh alat penjejak. Kira-kira sepuluh meter lagi Bob akan sampai ketika tiba-tiba sebuah tangan membekap mulutnya dan sebuah suara kasar berbisik di telinganya, "Jangan ribut, nak, atau akan kupatahkan lehermu!" Bob merasa tubuhnya diseret dengan kasar ke arah sebuah van tua berwarna putih. Van itu dipenuhi karat, pintu belakangnya terbuka seperti sebuah mulut yang lapar hendak menelan Bob! Ia meronta-ronta namun lelaki itu terlalu kuat. Putus asa, Bob menghentakkan dagunya ke atas dan menggigit tangan penyerangnya sekeras-kerasnya. Lelaki itu mengerang kesakitan. Bob berteriak sekuat-kuatnya.
"Tolong! Penculik! Tolong!"
Ia berusaha melepaskan diri. Namun penculiknya terlalu cekatan dan meremas pergelangan tangan Bob seperti penjepit. Bob meringis kesakitan.
Ia hanya punya beberapa detik untuk menyusun rencana. Seperti biasa ia berusaha memikirkan apa yang akan dilakukan Jupe jika berada dalam situasi yang sama. Tanpa ragu-ragu, Bob melemaskan tubuhnya dan berpura-pura pingsan, ia melorot ke jalan. Diam-diam ia menempelkan alat penjejak ke bemper van itu dan mengaktifkannya. Ia dan Pete sering kali menggoda Jupe karena ia terlalu pintar namun mereka sering kali pula harus berterima kasih atas penemuan-penemuan Jupe.
Ketika penculiknya meraih bajunya dan melemparkannya dengan kasar ke bagian belakang van, Bob berusaha mengintip wajah penyerangnya melalui kelopak matanya. Pria misterius itu mengenakan masker ski namun Bob dapat melihat bahwa tubuhnya besar dan berotot.
Pintu dibanting hingga tertutup dan Bob berada di dalam kegelapan di dalam van. Ia dapat merasakan bahwa ia terbaring di atas terpal dan ada beberapa kotak yang sepertinya berisi peralatan di sekitarnya. Detektif yang bertanggung jawab atas catatan dan riset itu bergegas meraba-raba isi kotak-kotak itu, berusaha mencari sesuatu untuk digunakan sebagai senjata atau alat pencongkel pintu.
Ia hanya dapat berharap bahwa Pete akan melihat jejak yang ditinggalkannya dan menebak apa yang telah terjadi. Tapi Bob segera menyadari bahwa Pete akan mencari jejak dari mobil Magellan. Bob merasa panik. Mungkinkah Pete mengetahui bahwa Bob telah menempelkan alat penjejak pada mobil yang lain? Ia memaksakan dirinya untuk tenang. Jupe selalu mengatakan bahwa kehilangan akal sehat dalam situasi tertekan adalah hal paling buruk yang bisa dilakukan seseorang!
Tetap tenang adalah kuncinya. Dan lagipula, Bob Andrews tidak asing lagi terhadap bahaya. Ini bukanlah kali pertama ia terjebak. Sebelum ini ia selalu berhasil keluar dari situasi bahaya dan ia akan keluar dari yang saat ini dihadapinya pula ... seandainya saja ia bisa tetap tenang.
Setelah berhasil meyakinkan dirinya, Bob kembali mencari-cari dengan sikap yang berbeda. Tangannya menemukan suatu alat yang terasa seperti sebuah kunci pas besar. Ia merasa bisa tersenyum. Nanti jika penjahat itu membuka pintu, ia akan mendapatkan kejutan besar!
Bob merasa van itu melambat. Hatinya berdebar kencang. Mobil itu terasa mendaki, kembali ke posisi rata, dan berhenti. Bob mendengar pintu terbuka dan tertutup kembali, kemudian langkah-langkah menuju pintu belakang van. Ia menggenggam senjatanya erat-erat dan bersiap untuk bertempur!
Pintu van itu tiba-tiba terbuka dan cahaya terang menimpa mata Bob ketika ia mengayunkan senjatanya sambil keluar.
Namun Bob merasa hatinya mengkerut ketika melihat bahwa penculiknya mempunyai refleks secepat kilat dan menguasai suatu ilmu bela diri.
Penculik itu menangkap kunci pas yang terayun dengan tangan kosong dan merampasnya dari genggaman Bob hampir-hampir tanpa usaha. Kemudian kakinya terayun seperti kilat dan menyapu kaki Bob. Bob terjatuh berdebam, nafasnya serasa terputus.
Selagi ia berusaha menarik nafas, ia menyadari sesuatu. Orang ini sangat kecil. Orang yang menculiknya bertubuh besar dan berotot. Pasti ini rekannya!
Setelah matanya terbiasa akan cahaya, ia melihat bahwa ia berada di sebuah garasi di depan sebuah gudang yang terbengkalai. Cahaya matahari lenyap ketika pintu garasi yang besar tertutup. Seorang lelaki Asia bertubuh kecil, kira-kira setinggi Bob, berdiri di hadapannya. Lelaki itu mengenakan pakaian hitam, ia menyeringai keji, menampakkan gigi-gigi yang kuning dan tidak rata.
"Kupu-kupu terjebak di sarang laba-laba," katanya dengan bahasa Inggris yang buruk. "Kini kita menunggu laba-laba untuk kembali." Lelaki Asia itu tertawa kejam dan mendorong Bob melalui suatu koridor ke sebuah ruangan kecil dengan tulisan "Kantor" di pintunya. Ruangan itu benar-benar kosong.
Si pria Asia menggenggam pundak Bob, membuatnya berhenti. Tanpa berkata-kata ia meletakkan sebuah kaleng cat semprot ke dalam genggaman Bob dan dengan cepat menariknya kembali. Bob lalu didorong masuk dengan kasar ke dalam ruangan itu, pintu terbanting tertutup di belakangnya. Bob tidak perlu lama-lama berpikir untuk menyadari mengapa si pria Asia memberinya sebuah kaleng cat semprot dan mengambilnya lagi. Dinding-dinding ruangan itu penuh dengan lukisan cat semprot. Tepatnya, tanda tanya! Dan kini sidik jarinya ada di kaleng cat!
Bob Andrews menyadari sulitnya situasi yang dihadapinya dan tanpa membuang waktu lagi mulai memeriksa tempat ia terkurung. Dinding ruangan itu menjulang ke langit-langit setinggi lima meter. Satu-satunya jendela terletak tiga meter di atas lantai, di luar jangkauan Bob. Lantainya sendiri dari beton dan tanpa retakan. Sepertinya tiada harapan bagi Bob dan ia terduduk di lantai, merasa kalah.
Next Chapter
Trio Penyamar Chapter 5
BAB V "Kau ditangkap!" seru Chief Reynolds penuh ketegasan. |
Subscribe to:
Posts (Atom)